MAKALAH
ANALISIS
KEBUTUHAN PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
TENTANG
“Masalah
Kinerja dan Penyebabnya”
Oleh:
Dhea Armadhani : 23155023
Dosen Pengampu:
Dr. Fetri Yeni J. M.Pd
Dr. Jasrial. M.Pd
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya dalam menyelesaikan makalah
ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan
sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan SDM.
Dengan segala keterbatasan dan ditengah kesibukan kami menyusun makalah ini.
Makalah ini memuat tentang “Masalah Kinerja dan Penyebabnya”. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah, teman-teman dan
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang positif guna perbaikan
di kemudian hari. Terimakasih.
Lubuk
Basung, Mei 2024
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Latar
Belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................................................. 2
C. Tujuan
Penelitian............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 3
A.
Pengertian
Masalah Kinerja ............................................................................................. 3
B.
Penyebab
Masalah Kinerja................................................................................................ 5
BAB
III PENUTUP.................................................................................................................... 17
A.
Kesimpulan........................................................................................................................ 17
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................ 19
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana
kita ketahui, perusahan dapat beroperasi dengan maksimal tidak lepas dari kerja
keras seluruh individu yang terlibat di dalamnya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Oleh sebab itu, faktor sumber daya manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung memegang peran penting dan memberikan kontribusi
yang sangat besar terhadap suatu perusahan. Kemajuan suatu perusahan akan
terlihat sangat jelas apabila dapat memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya
manusia secara tepat, sehingga, keberhasilan perusahan dalam mencapai tujuannya
adalah merupakan kerja keras dari seluruh individu yang terlibat di dalamnya.
Kinerja karyawan menjadi masalah yang cukup menarik dan penting karena
keberhasilan suatu organisasi atau perusahan tergantung dari sumber daya
manusia/karyawan yang dimilikinya. Apabila kinerja karyawan tinggi, maka,
keberhasilan untuk pencapaian suatu tujuan organisasi lebih terbuka lebar. Akan
tetapi apabila kinerja karyawan menurun, maka, bisa mengakibatkan kemunduran
bahkan dapat mengakibatkan suatu perusahaan bangkrut. Oleh sebab itu, harus
senantiasa meningkatkan pengawasan melekat secara ketat terhadap kegiatan dan
kedisiplinan kerja karyawannya. Dengan kata lain, adanya koordinasi yang andal
dapat mempermudah rasa solidaritas dan espirit de corps pada karyawan, karena
saling mengenal.
Penyebab
terjadinya penurunan kinerja karyawan yaitu karena kurangnya motivasi dan
kurang mendukungnya lingkungan dalam perusahaan sehingga membuat karyawan
merasa kurang nyaman. Perusahaan harus cepat dan tanggap dalam mengatasi
masalah-masalah yang terjadi terutama karyawan, karena hal tersebut memiliki
dampak yang merugikan bagi perusahaan baik dari segi kepercayaan dari pelanggan
maupun dari kerugian waktu yang didapat perusahaan.
Kinerja yang buruk
dalam sebuah organisasi dapat menjadi hambatan serius dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan. Masalah kinerja dapat muncul dari berbagai faktor, termasuk
masalah manajemen, kurangnya motivasi, atau ketidaksesuaian antara karyawan dan
tugas yang diberikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Masalah Kinerja?
2. Bagaimana
Penyebab Masalah Kinerja?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui Masalah Kinerja.
2. Untuk
mengetahui Penyebab Masalah Kinerja
3.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Masalah Kinerja
Kinerja merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan. Menurut (Dr.
Kasmir M.M., 2016) kinerja adalah hasil kerja dan perilaku kerja yang telah
dicapai dalam menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang diberikan dalam
suatu periode tertentu. Sedangkan pengertian kinerja menurut (Hamali, 2018)
adalah hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.
Kinerja
merupakan bagian yang sangat penting dan menarik karena terbukti sangat penting
manfaatnya, suatu lembaga menginginkan karyawan untuk bekerja sungguh-sungguh
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai hasil kerja yang baik,
tanpa adanya kinerja yang baik dari seluruh karyawan, maka keberhasilan dalam
mencapai tujuan akan sulit tercapai. Kinerja pada dasarnya mencakup sikap
mental dan perilaku yang selalu mempunyai pandangan bahwa pekerjaan yang
dilaksanakan saat ini harus lebih berkualitas daripada pelaksanaan pekerjaan
masa lalu, untuk saat yang akan datang lebih berkualitas daripada saat ini.
Seorang pegawai atau karyawan akan merasa mempunyai kebanggaan dan kepuasan
tersendiri dengan prestasi dari yang dicapai berdasarkan kinerja yang
diberikannya untuk perusahaan. Kinerja yang baik merupakan keadaan yang
diinginkan dalam dunia kerja. Seorang karyawan akan memperoleh prestasi kerja
yang baik bila kinerjanya sesuai dengan standar, baik kualitas maupun
kuantitas.
Melihat pentingnya suatu peran dari kinerja
karyawan, baiknya mengetahui terlebih dahulu pengertian kinerja karyawan itu
sendiri. Hal ini bertujuan untuk dapat memahami sejauh mana peran yang dimiliki
oleh kinerja karyawan dalam mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu perusahaan
mencapai tujuan.
1.
Menurut Moeheriono
Mengutip di dalam buku karya Moeheriono yang berjudul
“Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi”, dikatakan bahwa kinerja
karyawan bisa dicapai
oleh kelompok atau individu dalam suatu perusahaan secara kualitatif atau
kuantitatif. Hal tersebut disesuaikan dengan kewenangan, tugas, dan tanggung
jawab pada tiap karyawan dalam meraih tujuan perusahaan secara legal, tidak
melanggar hukum, dan sesuai dengan etika ataupun moral yang berlaku.
2.
Menurut Prawirosento
Sedangkan menurut Prawirosentono, kinerja adalah pekerjaan suatu
kelompok atau dalam sebuah organisasi sesuai dengan tanggung jawab dan
kekuasaan masing-masing, namun saling bekerja sama untuk mencapai tujuan
organisasi atau perusahaan yang tidak melanggar moral, hukum, ataupun etika. Kinerja
karyawan adalah suatu hasil kerja seseorang atau kelompok di dalam suatu
perusahaan, yang berhasil dicapai dalam tugas dan tanggung jawabnya terhadap
suatu pekerjaan. Hasil pekerjaan ini erat kaitannya dengan tercapainya
tujuan perusahaan.
Masalah
kinerja merujuk pada ketidakmampuan atau ketidaksempurnaan dalam mencapai
tujuan atau standar yang diinginkan. Dalam berbagai konteks, masalah kinerja
dapat merujuk pada berbagai hal, seperti:
1. Organisasi/Perusahaan: Masalah kinerja organisasi dapat mencakup penurunan
produktivitas, kualitas produk atau layanan yang buruk, peningkatan biaya
operasional, atau penurunan kepuasan pelanggan.
2. Individu: Pada tingkat individu, masalah kinerja bisa menjadi hasil dari
kurangnya motivasi, keterampilan atau pengetahuan yang tidak memadai, gangguan
atau stres, atau ketidaksesuaian antara tugas dan karyawan.
3. Sistem: Dalam konteks sistem atau proses, masalah kinerja dapat berarti
adanya hambatan atau kebocoran dalam aliran kerja, kegagalan teknis atau
mekanis, atau inefisiensi dalam penggunaan sumber daya.
Dengan
demikian, masalah kinerja dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap
keberhasilan dan kelangsungan hidup organisasi, individu, atau sistem tertentu.
Identifikasi dan penyelesaian masalah kinerja menjadi penting untuk
meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Berikut
adalah beberapa definisi masalah kinerja menurut para ahli:
1. Donaldson (2001): Masalah kinerja adalah ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan
dari sistem atau individu dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ini bisa berupa
ketidakmampuan mencapai target atau standar yang ditetapkan.
2. Armstrong (2008): Masalah kinerja terjadi ketika hasil yang dicapai oleh
organisasi, tim, atau individu tidak sesuai dengan yang diharapkan atau
diinginkan. Ini dapat mencakup penurunan produktivitas, kualitas yang buruk,
atau ketidakmampuan untuk mencapai tujuan strategis.
3. Lawler (2012): Masalah kinerja merujuk pada situasi di mana hasil yang dicapai
tidak memenuhi harapan atau standar yang telah ditetapkan. Ini bisa disebabkan
oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya keterampilan atau pengetahuan,
kurangnya motivasi, atau kebijakan dan prosedur yang tidak efektif.
4. Majumdar dan Sharma (2015): Masalah kinerja adalah ketidakmampuan organisasi, individu,
atau sistem untuk mencapai tujuan atau standar yang ditetapkan. Hal ini dapat
disebabkan oleh faktor internal, seperti manajemen yang tidak efektif atau
kurangnya sumber daya, serta faktor eksternal, seperti perubahan pasar atau
persaingan yang intensif.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan masalah kinerja menyoroti ketidaksesuaian antara
hasil yang diharapkan atau diinginkan dengan hasil yang sebenarnya terjadi,
baik dalam konteks organisasi, individu, atau sistem.
B. Penyebab
Masalah Kineja
Menurut
(Dr. Kasmir M.M., 2016) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan, yaitu kemampuan dan keahlian, pengetahuan, rancangan kerja,
kepribadian, motivasi kerja, kepemimpinan, gaya kepemimpinan, budaya
organisasi, kepuasan kerja, lingkungan kerja, loyalitas, komitmen, dan disiplin
kerja. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kinerja menurut (Harini &
Kartiwi, 2018) adalah beban kerja dan lingkungan kerja.
Sumber
daya manusia berperan penting dalam menjalankan kegiatan pada suatu perusahaan.
Agar tujuan perusahaan dapat tercapai maka dibutuhkan karyawan yang bekerja
secara efisien dan efektif sehingga memberikan hasil kerja yang baik. Karyawan
merupakan aset utama perusahaan dan mempunyai peran yang strategis di dalam
perusahaan yaitu sebagai pemikir, perencana, dan pengendali aktivitas
perusahaan. Demi tercapainya tujuan perusahaan, karyawan memerlukan motivasi
untuk bekerja lebih rajin. Selain motivasi, hal lain yang dapat mempengaruhi
kinerja adalah kemampuan, dengan memiliki kemampuan yang sesuai maka seorang
karyawan tersebut dapat bekerja lebih baik. (Robbins, 2001) menyatakan bahwa
kemampuan (ability) merupakan kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Kinerja
merupakan suatu hasil konkret yang dapat diamati dan dapat diukur (Riai
veithzal & Juavani ella,2013) yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian
terhadap karyawan atau individu. Kinerja yang baik merupakan suatu langkah
untuk menuju tercapainya tujuan individu. Oleh karena itu kinerja merupakan
sasaran penentu dalam mencapai tujuan individu. Menurut (Mangkunegara, 2014),
kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi (motivation).
(Larasati
& Gilang, 2016) berpendapat bahwa analisis performansi kerja atau kinerja
berkaitan dengan 2 (dua) faktor utama, yaitu (1) kesediaan atau motivasi dari
pegawai untuk bekerja, yang menimbulkan usaha pegawai, dan (2) kemampuan
pegawai untuk melaksanakannya. Demi tercapainya tujuan organisasi, karyawan
memerlukan motivasi dan kemampuan kerja untuk bekerja lebih optimal. Melihat
pentingnya karyawan dalam organisasi, maka karyawan diperlukan perhatian lebih
serius terhadap tugas yang dikerjakan sehingga tujuan organisasi tercapai.
Suatu
proses yang menyebabkan intensitas, arah dan usaha terus menerus individu
menuju tujuannya menurut (Robbins, S. y Judge, 2009). Di dalam bukunya (F. C.
Gomes, 2003) menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh faktor individual dan
faktor organisasional. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
kebutuhan, tujuan, sikap, kemampuan, pembayaran gaji, keamanan pekerjaan,
sesama pekerja, pengawasan, pujian dan pekerjaan itu sendiri. Sedangkan menurut
(Ahmad et al., 2015) mengemukakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh motif,
harapan, insentif yang diinginkan.
Menurut
(Winardi, 2006) kemampuan adalah sifat (yang melekat pada manusia atau yang
dipelajari) yang memungkinkan seseorang melaksanakan suatu tindakan atau
pekerjaan mental atau fisikal. Dimensi kemampuan menurut (Robbins, S. y Judge,
2009) meliputi kemampuan intelektual yang merupakan keahlian dalam menjalankan
kegiatan mental dan kemampuan fisik yang merupakan keahlian dalam melaksanakan
tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan ketrampilan serupa.
Selain
faktor motivasi kerja dan kemampuan kerja, lingkungan kerja tempat karyawan
tersebut bekerja juga tidak kalah pentingnya di dalam meningkatkan kinerja
karyawan. Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar
karyawan dan dapat mempengaruhi karyawan dalam menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya (Nitisemito dalam skripsi Murbijanto,2013). Menurut
(Sedarmayanti, 2017) menyatakan bahwa yang menjadi indikator dalam lingkungan
kerja adalah penerangan, suhu udara, suara bising, penggunaan warna, ruang
gerak, keamanan kerja, hubungan karyawan. Oleh karena itu organisasi harus
menyediakan lingkungan kerja yang memadai seperti lingkungan fisik (tata ruang
kantor yang nyaman, lingkungan yang bersih, pertukaran udara yang baik, warna,
penerangan yang cukup maupun musik yang merdu) serta lingkungan non fisik
(suasana kerja karyawan, kesejahteraan karyawan, hubungan antar sesama
karyawan, hubungan antar karyawan dengan pimpinan, serta tempat ibadah).
Lingkungan kerja yang baik dapat mendukung pelaksanaan kerja sehingga karyawan
memiliki semangat bekerja dan meningkatkan kinerja karyawan (Sedarmayanti,
2011).
Sumber
daya manusia merupakan aset utama bagi organisasi yang menjadi perencana dan
pelaku aktif berbagai aktivitas dalam organisasi. Sumber daya manusia mempunyai
pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar pendidikan yang pola pikirnya
dapat dibawa ke dalam suatu lingkungan organisasi. Sumber daya manusia bukanlah
seperti uang, mesin, dan material yang sifatnya positif dan dapat diatur
sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Jadi keberhasilan
suatu organisasi ditunjang dengan adanya kompensasi dan kesempatan pengembangan
karier yang diberikan kepada para anggota organisasi. Tercapainya tujuan
organisasi juga tidak hanya tergantung pada teknologi, tetapi justru lebih
tergantung pada manusia yang melaksanakan pekerjaannya. Kemampuan memberikan
hasil kerja yang baik untuk memenuhi kebutuhan organisasi secara keseluruhan
merupakan kontribusi dari kinerja karyawan.
Menurut
Mangkunegara (2004) kinerja karyawan adalah hasil kinerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja adalah motivasi, kompetensi, kepemimpinan dan lingkungan
kerja (Anung Pramudyo,2010). Menurut (Sri Wahyuni, 2013) faktor yang
mempengaruhi kinerja meliputi : motivasi kerja, kemampuan, lingkungan kerja,
disiplin kerja, kepemimpinan dan kepribadian.
Kinerja
pegawai salah satunya dapat dilihat dari tingkat kedisiplinan pegawai. Kinerja
adalah fungsi dari motivasi, kecakapan dan persepsi peranan (Stoner, 1989).
Selain itu, Bernardin dan Russel (1993) menyatakan bahwa kinerja adalah
pencapaian hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau
kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Handoko (2001) mengemukakan
bahwa kinerja adalah proses dimana organisasi mengevaluasi atau menilai
prestasi kerja pegawai. Suntoro (Tika, 2006) menyatakan bahwa kinerja merupakan
hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu
tertentu. Menurut Simamora (2004), kinerja mengacu kepada kadar pencapaian
tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan pegawai. Tika (2006) mendefinisikan
kinerja sebagai hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam
suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan
organisasi dalam periode waktu tertentu.
Kompensasi
adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa atas kerja
mereka, dan kompensasi itu sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu kompensasi
langsung dan kompensasi tidak langsung. Kompensasi langsung meliputi gaji,
bonus/insentif, komisi. Sedangkan kompensasi tidak langsung meliputi tunjangan
hari raya dan tunjangan kesehatan (Ruky,2001). Siagian (2003) menyatakan bahwa
dalam mengembangkan dan menerapkan sistem kompensasi/imbalan, kepentingan
organisasi dan kepentingan pegawai mutlak perlu diperhitungkan. Rivai (2005)
menyebutkan beberapa tujuan manajemen kompensasi efektif, yaitu untuk
memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas, mempertahankan pegawai yang
ada, menjamin keadilan, penghargaan terhadap perilaku yang diinginkan,
mengendalikan biaya, dan mengikuti aturan hukum.
Hasibuan
(2009:118) menyatakan kompensasi finansial adalah semua pendapatan yang
berbentuk uang yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
kepada perusahaan. Penelitian Setiani (2009) mendukung pernyataan ini, yaitu
kompensasi finansial dipandang sebagai suatu variabel penting sebagai motivasi
dalam mengarahkan karyawan dalam suatu organisasi sehingga keberhasilan
organisasi dalam mewujudkan usaha kinerja karyawan.
Menurut
Rivai (2004) pengembangan karir adalah suatu proses peningkatan kemampuan
individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir yang diinginkan. Pembentukan
sistem pengembangan karir yang dirancang dengan baik dapat membantu karyawan
dalam menentukan kebutuhan karir mereka sendiri dan menyesuaikan kebutuhan
anggota dengan tujuan organisasi. Menurut Bambang Wahyudi (2002), dalam
pengembangan karier perlu dipahami dua proses, yaitu bagaimana seseorang
merencanakan dan mengimplementasikan tujuan kariernya sendiri. Pengembangan
karier dapat dilihat dari dua perspektif ini yaitu individu dan institusi.
Perencanaan karier seseorang yang berpusat pada individu adalah perencanaan
yang lebih berpusat pada karir individu, sedangkan yang berpusat pada institusi
adalah yang fokus pada pekerjaan dan pengidentifikasian jalan karier yang
memberikan kemajuan yang logis atas orang-orang di antara pekerjaan dalam
organisasi.
Secara
umum menurut Mc Clelland motivasi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan suatu perbuatan. Pendapat tersebut lebih lanjut dijelaskan bahwa
pada dasarnya motivasi merupakan keinginan, atau kemauan dalam diri seseorang
yang akan menentukan apakah suatu tindakan dimulai, diteruskan, dibawa ke suatu
arah tertentu dan akhirnya harus dihentikan (Suhaman, 1998). Elding (2011)
menyatakan organisasi memotivasi karyawan untuk bekerja efektif dengan
menawarkan imbalan atas kinerja yang memuaskan, serta mungkin menghukum mereka
untuk kinerja yang tidak memuaskan. Menurut Agustina (2011) penilaian kinerja
pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara
efektif dan efisien.
Motivasi
dari dalam diri pegawai dapat berasal dari kebutuhan akan uang, penghargaan,
kekuasaan, dan pengakuan. Motivasi dari luar dapat berasal dari keluarga, teman
kerja maupun atasan. Pada garis besarnya motivasi yang diberikan bias dibagi
menjadi dua (Heidjrachman dan Husnan, 2002), yaitu motivasi positif dan
motivasi negatif. Motivasi positif adalah proses mempengaruhi orang dengan
memberikan kemungkinan mendapatkan hadiah sementara motivasi negatif adalah
proses mempengaruhi seseorang melalui kekuatan ketakutan seperti kehilangan
pengakuan, uang atau jabatan. Menurut Nawawi (2000), ada dua bentuk motivasi
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja berupa kesadaran tentang
makna pekerjaan yang dilaksanakan. Motivasi ekstrinsik adalah pendorong kerja
yang bersumber dari luar diri pekerja berupa suatu kondisi yang mengharuskan
melaksanakan pekerjaan secara maksimal.
Faktor
motivasi adalah pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan
segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Pendapat yang lain menyebutkan bahwa
motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut guna mencapai tujuan (Handoko,
2003). Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi
untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam
memenuhi beberapa kebutuhan individu. Motivasi muncul karena adanya dorongan
untuk memenuhi kebutuhan.
Salah
satu faktor yang dianggap penting bagi peningkatan kinerja yaitu adanya
motivasi karyawan. Motivasi kerja adalah jiwa pendorong yang kuat bagi manusia
untuk melakukan suatu pekerjaan yang berkaitan dengan tujuan dan kebutuhan yang
ingin dicapainya. Suprihanto (1996,34) menyebutkan tentang teori motivasi
klasik yang diambil dari Frederick W. Taylor bahwa konsep dasar teori motivasi,
adalah seorang akan bersedia bekerja dengan baik, bila orang berkeyakinan akan
memproleh imbalan yang ada kaitannya langsung dengan kerjanya. Konsep ini berarti bahwa
seorang akan menurun semangatnya dalam bekerja, apabila imbalan yang berbentuk
natura maupun uang tidak terpenuhi.
Jika
program kompensasi dirasakan adil dan kompetitif bagi pegawai, maka organisasi
akan lebih mudah untuk menarik pegawai yang potensial, mempertahankannya dan
memotivasi pegawai agar lebih meningkatkan kinerjanya sehingga produktivitas
meningkat dan kinerja organisasi juga akan meningkat.
Faktor
lain yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai adalah pengembangan karir.
Perencanaan dan pengembangan karir yang jelas dalam organisasi akan dapat
meningkatkan motivasi kerja pegawai dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga
menciptakan rasa puas dalam melaksanakan pekerjaannya. Setiap sumber daya
manusia diberi kesempatan untuk mengembangkan karier serta kemampuannya secara
optimal, sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja, produktivitas dan
memperbaiki sikap pegawai. Pengembangan karir merupakan fungsi manajemen
personalia yang sangat penting dan perlu diketahui oleh setiap pegawai.
Kebutuhan untuk merencanakan karier timbul baik dari kekuatan ekonomis maupun
kekuatan sosial, sehingga ada kepuasan yang dirasakan oleh masing-masing
pegawai. Pengembangan karir secara individu akan memperluas ruang lingkup
pengetahuan, meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri.
Perbedaan pola kerja
yang dimiliki oleh seorang karyawan sering kali menjadi faktor penghambat tim.
Oleh karena itu, tim HR harus mampu melihat permasalahan kinerja yang
terjadi di dalam perusahaan. Jika tim HR mampu melihat permasalahan kinerja
yang terdapat di dalam diri masing-masing karyawan, hal tersebut dapat segera
ditangani untuk tidak menganggu terhadap perkembangan perusahaan.
Masalah yang
berpotensi terkait kinerja karyawan yang harus di tangani oleh perusahaaan
adalah seperti berikut.
1.
Pola Komunikasi
Karena sebagai makhluk
sosial, kita tidak akan pernah bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan orang lain
untuk menjalani kehidupannya, termasuk urusan pekerjaan. Untuk dapat saling
terhubung dengan orang lain, seseorang harus melakukan komunikasi agar pesan
yang ingin disampaikan dapat diterima oleh orang lain. Di dunia kerja,
komunikasi merupakan hal mendasar yang dapat menunjang kinerja. Komunikasi juga
bagian dari soft skill yang wajib dimiliki oleh setiap karyawan. Namun,
sering kali pola komunikasi yang berjalan buruk antar satu karyawan dengan yang
lain membuat kinerja perusahaan tidak berjalan lancar.
2.
Konflik antara
karyawan dan atasan
Dampak dari buruk pola
komunikasi yang tidak baik, tentu, akan membuat konflik antar tim atau divisi.
Tak terkecuali konflik antara karyawan dan atasan. Selain dipicu karena pola
komunikasi yang buruk, konflik ini juga dapat ditimbulkan dari perbedaan
pendapat, sehingga lingkungan kerja yang buruk otomatis akan membuat kinerja
karyawan yang buruk juga. Dalam situasi ini, tim HR selaku pemegang tanggung
jawab human resources perusahaaan
diharuskan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi antar individu di
dalam perusahaan. Karena apabila konflik terus dibiarkan berkembang akan
menunjukan citra perusahaan yang kurang kredibel.
3.
Produktivitas Kerja
Menurun
Selanjutnya, masalah
yang seringkali terjadi di suatu perusahaan yaitu terjadinya penurunan
produktivitas kerja karyawan. Banyaknya beban kerja yang sering kali
dilimpahkan kepada karyawan oleh perusahaan menjadi penyebab utama menurunnya
tingkat produktivitas kerja, sehingga perusahaan tidak bisa menilai bahwa
penurunan ini disebabkan oleh rasa malas yang dimiliki oleh karyawan. Dalam hal
ini, tim HR harus melakukan analisa lebih lanjut penyebab dari produktivitas
kinerja karyawan yang menurun, agar beban kerja yang diberikan perusahaan
sesuai dengan kemampuan dan peraturan yang berlaku, sehingga dapat meningkatkan
kinerja karyawan tersebut.
4.
Kurangnya Tingkat Disiplin
Rendahnya tingkat
kedisiplinan yang ditunjukan oleh karyawan seringkali terjadi, seperti datang
terlambat dan menunda tugas yang diberikan oleh perusahaan. Tentu saja, hal ini
berdampak buruk terhadap perkembangan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Melihat
fenomena itu, perusahaan melalui tim HR dapat memberlakukan system realtime dan
reward-punishment yang mana sistem ini diharapkan mampu menekan angka
kedisiplinan karyawan semakin membaik.
5.
Rendahnya Kepuasan Kinerja Terhadap Perusahaan
Masalah terakhir yang
tidak kalah penting yaitu tingkat kepuasan kinerja terhadap perusahaan. Mengingat
karyawan merupakan aset yang penting bagi berjalannya perusahaan, perusahaan
perlu memastikan bahwa karyawan selalu puas terhadap kinerjanya dalam
perusahaan. Cara memastikannya tentu saja dengan selalu mengadakan evaluasi
kinerja karyawan, dan juga perusahaan.
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Setelah mengetahui
masalah yang timbul dari kinerja karyawan, kita harus memahami faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan. Hal ini bertujuan untuk membuat pimpinan yang
menjalankan suatu perusahaan mampu membawa perusahaan lebih berkembang dari
sebelumnya.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan tersebut diantaranya yaitu:
1.
Motivasi Kerja
Motivasi merupakan
suatu dorongan yang muncul di dalam diri setiap individu dengan disadari
ataupun tidak. Dalam hal ini motivasi yang dimaksud untuk melakukan suatu
pekerjaan dengan tujuan tertentu. Jangan anggap remeh, karena motivasi karyawan
selalu menjadi pendorong bagi mereka untuk menghasilkan kinerja terbaik. Suka
tidak suka, tim HR dan para leaders pun harus memahami apa yang menjadi
motivasi karyawan Anda.
2.
Gaji dam Insentif
Faktor utama yang
mempengaruhi kinerja karyawan yaitu besaran gaji dan insentif yang diterima.
Apabila dirasa rendah dan tidak memadai, maka bisa memengaruhi kinerja
karyawan. Sedangkan insentif yang dimaksud ini dapat diberikan terhadap
masing-masing karyawan yang menunjukan kinerja yang berprestasi dalam wujud
bonus.
3.
Lingkungan Kerja
Selanjutnya faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan yaitu lingkungan kerja. Perusahaan wajib membuat lingkungan kerja yang
nyaman dan sehat karena akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikis dari
setiap karyawan apabila lingkungan tempat berkerja dirasa cukup nyaman.
Faktor yang menjadi penyebab
utama kurang maksimalnya kinerja karyawan :
1. Atasan yang buruk
Dalam mempekerjakan karyawan yang akan menjadi
pemimpin. Tentunya harus memperhatikan betul kinerjanya, pengetahuannya, hingga
kemampuannya dalam menjadi pemimpin. Tentunya sebagai pemimpin seorang atasan
harus memberikan arahan dan yang terpenting motivasi untuk anggota timnya.
Bayangkan jika Anda memiliki seorang atasan yang buruk dalam memimpin karyawan
lainnya bisa saja mengalami stress atau kurang termotivasi, tentu saja kinerja
karyawan lainnya bisa saja semakin buruk.
2. Bentrokan kepribadian
Perbedaan kepribadian antara sesama rekan kerja
merupakan hal yang wajar. Namun, bentrokan kepribadian dalam bekerja harus
dihindari. Bentrokan kepribadian muncul karena ketidak cocokan satu individu
dengan individu lainnya. Dari bentrokan kepribadian inilah salah satu pemicu
awal menurunnya kinerja karyawan. Hal
ini dapat menimpulkan ketidak percayaan hingga tidak respect dengan
sesama rekan kerja. Tentu saja hal ini menjadi masalah yang sangat signifikan,
Anda perlu menghindari hal ini terjadi di perusahaan Anda.
3. Tidak cocok dengan tim
Bekerja sama dengan anggota tim tentunya harus
memiliki visi dan misi yang sama. Untuk mencapai visi tersebut tentunya dalam
melakukan misi diperlukan kinerja karyawan yang baik agar tim mereka tetap
dalam jalur yang benar. Namun ketidak cocokan dalam tim dapat menjadi salah
satu hal yang dapat membuat tim mereka keluar jalur. Bermula dari ketidak
cocokan satu individu dengan individu lainnya, kinerja karyawan dapat
berkurang. Misalnya karena adanya asumsi mengenai satu sama lain, kurangnya
motivasi dalam bekerja, berpikiran negatif dengan rekan kerja lainnya. Untuk
itu pemilihan anggota tim tentu perlu dipertimbangkan baik-baik. Mulai dari
kepribadian, cara berpikir, hingga latar belakang.
4. Tidak adanya
transparansi
Kinerja karyawan tentu berpengaruh terhadap
transparansi di perusahaan. Transparansi di perusahaan merupakan salah satu hal
yang penting, Anda harus sebisa mungkin menunjukan transparansi di perusahaan
Anda. Mulai dari masalah yang ada, dampak yang mungkin terjadi, hingga
keputusan yang diambil. Jika Anda tidak menerapkan transparansi, karyawan Anda
akan mulai berasumsi mengenai hal yang sedang terjadi di perusahaan Anda. Dari
asumsi tersebut sangat memungkinkan muncul berbagai rumor yang dapat merusak
citra perusahaan. Tentu saja kinerja karyawan akan berpengaruh jika citra
perusahaan Anda semakin buruk.
5. Tidak adanya kejelasan
peran
Pada saat Anda melakukan kontrak kerja dengan
karyawan Anda, tentu Anda menjelaskan seluruh deskripsi pekerjaannya. Namun,
seiring dengan berjalannya waktu Anda yang mempercayai karyawan Anda mungkin
saja memberikan beberapa pekerjaan yang bukan dari bagian karyawan Anda dengan
alasan ia merupakan karyawan terpercaya. Atau karena pekerjaan yang hendak Anda
berikan merupakan pekerjaan sepele sehingga Anda meminta karyawan Anda yang
mengerjakannya. Baik dilandasi kepercayaan atau karena pekerjaan sepele
memberikan pekerjaan yang bukan bagiannya tentunya akan membuat peran karyawan
Anda semakin tidak jelas. Kinerja karyawan Anda akan berkurang karena mereka
sendiri bingung mengnai peran mereka yang sebenarnya.
6. Gosip
Siapa yang tidak tahu dampak negatif dari gosip
yang ada. Namun, sangat tidak memungkinan juga untuk melarang karyawan Anda
untuk tidak bergosip demi kinerja karyawan yang stabil. Menurut riset, gosip
yang ada di kantor merupakan salah satu hal yang paling berpengaruh dalam
produktivitas karyawan. Selain memakan waktu untuk bergosip, dampak dari gosip
yang menyebar juga dapat membuat beberapa karyawan merasa tidak nyaman atau bahkan
merasa tidak cocok dengan rekan kerjanya. Tentu saja hal ini menjadi salah satu
pengaruh yang signifikan saat melakukan kerja sama tim.
7. Kesehatan karyawan
Kurang waktu istirahat menjadi salah satu faktor
kesehatan karyawan Anda terganggu. Tanpa Anda sadari, bekerja menjadi salah
satu faktor kesehatan karyawan Anda. Dengan menghadapi macetnya kota di
Indonesia, hingga stress dalam bekerja menjadi pendukung kesehatan karyawan
Anda semakin menurun. Tentu saja kinerja karyawan Anda akan terganggu bila saat
rapat karyawan Anda pusing karena sangat mengantuk. Untuk itu, Anda perlu
menghindari lembur atau bekerja saat hari libur. Dengan hal ini karyawan Anda
akan memiliki waktu beristirahat dan rekreasi yang cukup, sehingga terhindar
dari kesehatan yang terganggu ataupun stress karena pekerjaan.
Penyebab Umum Masalah Kinerja:
a. Kurangnya Komunikasi: Komunikasi yang buruk atau tidak
efektif antar anggota tim atau dengan manajemen dapat menghambat kolaborasi dan
koordinasi, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja.
b. Kurangnya Motivasi: Ketidakpuasan kerja, kurangnya pengakuan,
atau kurangnya tantangan dalam pekerjaan dapat mengakibatkan penurunan
motivasi, yang secara langsung mempengaruhi kinerja.
c. Kurangnya Keterampilan atau Pengetahuan: Jika individu tidak
memiliki keterampilan atau pengetahuan yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas mereka, hal ini akan memengaruhi kinerja secara negatif.
d. Kondisi Kerja yang Tidak Mendukung: Lingkungan kerja yang
tidak nyaman, peralatan yang tidak memadai, atau sistem kerja yang tidak
efisien dapat menjadi hambatan bagi kinerja yang optimal.
e. Konflik Antar Personal: Konflik antar individu dalam tim atau
antara atasan dan bawahan dapat mengganggu kerjasama dan fokus pada tugas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Masalah Kinerja
Masalah
kinerja dalam organisasi dapat berdampak negatif pada produktivitas, kepuasan
karyawan, dan akhirnya, pada keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
Beberapa contoh masalah kinerja yang umum meliputi:
·
Penurunan produktivitas
·
Kenaikan tingkat absensi
·
Kurangnya kualitas pekerjaan
·
Pertengkaran antar tim atau karyawan
·
Rendahnya motivasi karyawan
Masalah kinerja merujuk pada
ketidakmampuan individu, tim, atau organisasi untuk mencapai tujuan atau
standar yang diharapkan. Ini bisa termanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti
penurunan produktivitas, kualitas kerja yang rendah, atau ketidakpuasan
pelanggan.
Masalah kinerja di lingkungan kerja
dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap produktivitas dan keberhasilan
organisasi. Dengan mengidentifikasi penyebab-penyebab yang mendasarinya dan
mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya, organisasi dapat memperbaiki
kinerja mereka dan mencapai tujuan mereka dengan lebih efektif.
2.
Penyebab Masalah Kinerja
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah kinerja dalam
organisasi meliputi:
· Kurangnya komunikasi
yang efektif antara manajemen dan karyawan.
· Tidak jelasnya tujuan
organisasi dan harapan yang diberikan kepada karyawan.
· Kurangnya dukungan
dari manajemen terhadap pengembangan karyawan.
· Kurangnya penghargaan
dan pengakuan terhadap prestasi karyawan.
· Ketidakcocokan antara
karyawan dan peran atau tugas yang diberikan kepada mereka.
· Masalah dalam
lingkungan kerja seperti konflik antar tim atau kebijakan yang tidak adil.
Berbagai
macam faktor yang memengaruhi kinerja karyawan dan permasalahan yang harus
dihadapi oleh perusahaan bukanlah sebuah hal yang mudah. Pola perilaku karyawan
yang berbeda-beda, jumlah karyawan yang banyak menjadi salah satu penyebab
sulitnya perusahaan mengkontrol kinerja karyawan. Dalam hal ini, tim HR selaku
pemegang kunci utama yang bertanggung jawab mengelola terkait permasalahan
human resources perusahaan harus
berperan untuk menyiasati dan menanggulangi segala persoalan yang terjadi.
Hal
ini untuk mengantisipasi akibat dari buruknya kinerja karyawan yang akan
mempengaruhi alur gerak dari perusahaan tersebut.
3. Solusi untuk Masalah Kinerja
Untuk mengatasi
masalah kinerja dalam organisasi, beberapa langkah dapat diambil:
·
Meningkatkan komunikasi antara manajemen dan karyawan untuk
memastikan pemahaman yang jelas tentang tujuan dan harapan organisasi.
·
Memberikan pelatihan dan pengembangan yang tepat kepada karyawan
untuk meningkatkan keterampilan dan motivasi mereka.
·
Membuat kebijakan penghargaan yang adil dan transparan untuk
mendorong kinerja yang baik.
·
Melakukan evaluasi rutin terhadap kinerja karyawan dan
memberikan umpan balik yang konstruktif.
·
Membangun lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung untuk
mencegah konflik dan meningkatkan kolaborasi antar tim.
DAFTAR
PUSTAKA
Pramono, S. (2016). Manajemen Kinerja: Konsep, Metode, dan
Aplikasi. PT RajaGrafindo Persada.
Darmadji, M. & Wirawan, I. (2017). Manajemen Kinerja. PT
Bumi Aksara.
Hasibuan, M. S. P. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia: Edisi
Revisi. PT Bumi Aksara.
Mangkunegara, A. P. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia:
Perusahaan dan Manajerial. PT Refika Aditama.
Handoko, T. H. (2016). Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia. BPFE : Yogyakarta.
Simamora, B. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN :
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar