MAKALAH
PENGELOLAAN
SUMBER BELAJAR
TENTANG
“Sejarah
Perkembangan Pusat Sumber Belajar (PSB)”
Oleh :
Dhea Armadhani : 23155023
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Darmansyah, S.T., M.Pd
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya dalam menyelesaikan makalah
ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan
sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Sumber Belajar. Dengan segala
keterbatasan dan ditengah kesibukan kami menyusun makalah ini. Makalah ini
memuat tentang “Sejarah Perkembangan PSB”. Penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah, teman-teman dan semua pihak yang
terlibat dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang positif guna perbaikan
di kemudian hari. Terimakasih.
Lubuk
Basung, Maret 2024
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Latar
Belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................................................. 2
C. Tujuan
Penelitian............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 3
A.
Perkembangan
Pusat Sumber Belajar ............................................................................... 3
B.
Perkembangan
Pusat Sumber Belajar di Amerika............................................................. 8
C.
Perkembangan
Pusat Sumber Belajar di Indonesia........................................................... 12
BAB
III PENUTUP.................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan........................................................................................................................ 14
B. Saran ................................................................................................................................. 15
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................ 16
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak
pertengahan decade 1970-an terdapat perkembangan yang pesat di bidang dan
konsep teknologi pendidikan dan teknologi instruksional (pembelajaran)
dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, tidak saja di Amerika Serikat tetapi
juga di negara-negara lain seperti Canada, Australia, Korea Selatan, Jepang,
Singapura, Malaysia, dan tentunya juga di Indonesia. Konsep teknologi
pendidikan menekankan kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan
penggunaan berbagai jenis sumber belajar. Hal ini
tentunya merupakan suatu pandangan yang baru atau yang bersifat inovatif,
karena pandangan masyarakat pada umumnya mengenai pendidikan adalah bersifat
konvensional yaitu mengkaitkan penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang
terjadi atau berlangsung di dalam kelas, di mana sejumlah murid atau peserta
belajar secara bersama-sama memperoleh pelajaran dari seorang guru atau
instruktur. Hal ini seringkali berakibat menjadinya proses pemberian pelajaran
oleh guru atau instruktur bersifat verbalistis, karena guru sangat dominan
menggunakan lambang verbal dalam melaksanakan proses pembelajaran yang umumnya
dilakukan melalui penggunaan metode ceramah.
Di
samping makin meluasnya penggunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran di
berbagai lembaga pendidikan, peran dan sumbangan teknologi pendidikan lainnya
yang paling monumental dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran adalah
dilaksanakannya sistem pendidikan terbuka (open learning) atau
pendidikan/belajar jarak jauh (distance education).sebagai jaringan
pembelajaran yang bersifat inovatif dalam sistem pendidikan. Pusat sumber belajar sering disebut juga sebagai media
center, yang diartikan sebagai lembaga yang memberikan fasilitas pendidikan,
pelatihan, dan pengenalan berbagai media pembelajaran.
Pusat
sumber belajar dirancang untuk memberikan kemudahan kepada peserta didik baik
secara individu maupun kelompok atau guru untuk memanfaatkan sumber belajar
yang tersedia. Dengan demikian, kebutuhan akan sumber belajar dalam proses
pembelajaran bisa terpenuhi dengan adanya pusat sumber belajar. Secara
khusus Pusat Sumber Belajar adalah suatu unit dalam suatu lembaga
(khususnya sekolah/universitas/perusahaan) yang berperan mendorong efektifitas
serta optimalisasi proses pembelajaran melalui penyelenggaraan berbagai fungsi
yang meliputi fungsi layanan (seperti layanan media, pelatihan, konsultansi
pembelajaran, dll), fungsi pengadaan/pengembangan (porudksi) media pembelajaran,
fungsi penelitian dan pengembangan, dan fungsi lain yang relevan untuk
peningkatan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Ada beberapa
contoh yang merupakan pusat sumber belajar, diantaranya yaitu perpustakaan,
laboratorium, taman belajar dan yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar?
2. Bagaimana
Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Amerika?
3. Bagaimana
Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui bagaimana Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar
2. Untuk
mengetahui bagaimana Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Amerika
3. Untuk
mengetahui bagaimana Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Perkembangan Pusat Sumber Belajar
Sejarah
perkembangan pusat sumber
belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses yang kontinum dari pengembangan
sarana belajar. Mulai dari hanya sekedar
penyediaan sumber belajar
cetak hingga menjadi penyediaan
sarana belajar; mulai dari sekedar alat bantu pengajaran hingga menjadi bagain
integral dalam sistem pembelajaran; mulai dari sekedar unit yang membantu
proses belajar mengajar hingga pada akhirnya
menjadi suatu lembaga
yang profesioanal dalam menunjang
pencapain tujuan pembelajaran.
Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Merril dan Drop
(1977), yang menyebut pusat sumber belajar sebagai suatu kegiatan yang
terorganisir yang terdiri dari
Direktur, staf, peralatan
dan bahan-bahan pembelajaran yang
ditempatkan dalam satu
lokasi serta mempunyai satu atau lebih fasilitas khusus untuk
perencanaan, produksi, penyajian, dan pengembangan yang berhubungan dengan
kurikulum dan pengajaran pada suatu universitas atau sekolah.
Dari apa yang
diuraikan di atas,
dapat dikatakan bahwa PSB sebagai bagian integral dalam sistem
pembelajaran terus berkembang baik dari segi sarana dan prasarana yang
dimilikinya sampai kepada fungsi-fungsinya
dalam mencapai tujuan
atau kompetensi pembelajaran.
Peterson (1977) misalnya, mengambarkan PSB sebagai lembaga
yang terdiri dari: (1) perpustakaan; (2)
ruangan belajar non-tradisional; (3)
pelayanan audio-visual, peralatan, serta kegiatan produksi media; dan
(4) pengembangan sistem instruksional.
Gambar Komponen PSB Menurut
Peterson (1977), pada
mulanya PSB hanya berupa
perpustakaan cetak, kemudian berkembang dengan adanya Ruang
Belajar Non-Cetak. Pada fase berikutnya (fase ke 3) PSB memiliki bagian
Pelayanan Audio Visual, perlatan dan produksi media pembelajan. Terakhir
PSB memiliki bagian pengembangan sistem intruksional.
Meskipun muncul yang terakhir, bagian
pengembangan sistem intruksional
menjadi ciri dari PSB yang berkembang dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan
pembelajaran.
Pusat sumber
belajar merupakan suatu hasil perkembangan secara bertahap yang dimulai dari
perpustakaan yang memberikan penekanan kepada media cetak sampai kepada suatu
lembaga yang mengelola berbagai sumber belajar baik cetak maupun non cetak.
Menurut Gary T.
Peterson dalam Rahadi (2005: 191) perkembangan PSB mengalami 5 (lima) tahap
antara lain, yaitu:
1)
Tahap pertama, pemanfaatan dan
pengembangan sumber belajar tidak dikelola dan diorganisir secara formal oleh
suatu lembaga, melainkan hanya oleh orang perorang saja.
2)
Tahap kedua, dimulai dengan istilah
perpustakaan yang mengoleksi sumber belajar berupa bahan cetak.
3)
Tahap ketiga, sesuai perkembangan
peranan media audio visual dalam bidang pendidikan, timbullah perpustakaan yang
dilengkapi dengan pelayanan audio visual.
4)
Tahap keempat, perpustakaan semacam ini
kemudian dilengkapi dengan ruang belajar non tradisional sehingga timbullah PSB
yang terdiri dari perpustakaan, ruang belajar tradisional, dan pelayanan audio
visual.
5)
Tahap kelima, di samping PSB terdiri
dari perpustakaan, ruang belajar tradisional, dan pelayanan audio visual juga
ditambah dengan komponen kegiatan yang sangat penting, yaitu pengembangan
sistem pembelajaran.
Apabila
digambarkan tentang perkembangan PSB mulai muncul istilah perpustakaan sampai
adanya pengembangan sistem pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1)
Pertumbuhan pusat sumber belajar
merupakan suatu kemajuan bertahap dimulai dari perpustakaan yang hanya terdiri
dari media cetak.
PERPUSTAKAAN
2)
Dalam melaksanakan kegiatannya
perpustakaan menanggapi permintaan-permintaan dan memberikan pelayanan kepada
para konsumen yang bervariasi secara luas. Dengan semakin meluasnya kemajuan
dalam bidang komunikasi dan teknologi, dinamika proses belajar dan sumber
belajar yang bervariasi semakin diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar dengan penekanan pada bahan pengajaran yang baru melalui
produksi audio visual digabung dengan perpustakaan yang melayani media cetak,
maka timbul pusat multimedia.
PERPUSTAKAAN PELAYANAN
AUDIO VISUAL: PERALATAN + PRODUKSI
3)
Timbulnya PSB dimungkinkan pula oleh pertumbuhan berikutnya yang berupa
pengakuan akan semakin dibutuhkannya pelayanan dan kegiatan belajar non
tradisional yang membutuhkan ruangan belajar tertentu sesuai dengan kebutuhan,
misalnya belajar mandiri dengan modul, simulasi dan permainan, dan sebagainya.
RUANGAN BELAJAR NON TRADISIONAL PERPUSTAKAAN PELAYANAN AUDIO VISUAL: PERALATAN +
PRODUKSI
4)
Pengembangan sistem instruksional
menurut peningkatan efektivitas kegiatan belajar-mengajar dengan memberikan
penekanan pada aktivitas siswa dimana kegiatan belajar di kelas dan pada PSB
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terpadu. Dengan demikian fungsi PSB
lebih luas lagi, sehingga bila digambarkan menjadi sebagai berikut.
RUANGAN BELAJAR NON TRADISIONAL PERPUSTAKAAN PELAYANAN AUDIO VISUAL: PERALATAN +
PRODUKSI
PSI
Pengembangan sistem instruksional adalah
suatu proses yang sistematis dan terus menerus, yang akan membantu pengajaran
dalam mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar yang memungkinkan partisipasi
aktif siswa di dalam proses
pembelajaran. Di sinilah letak hubungan yang penting antara PSB dengan PSI.
segala sumber dan bahan, segala macam peralatan audio visual, segala jenis
personel yang ada di dalam PSB dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
efektivitas dan efisiensi interaksi peserta didik dan pendidik dalam proses
pembelajaran.
Dengan memperhatikan gambar perkembangan
PSB mulai dari perpustakaan sampai bentuk yang terakhir, menunjukkan adanya
suatu kombinasi yang terpadu antara unsur-unsur yang ada melalui perkembangan
yang berjalan secara bertahap, yaitu perpustakaan, pelayanan program audio
visual, pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara non tradisional, dan
pentingnya pengembangan sistem pembelajaran. Pada tingkat perkembangan yang
demikian ini, PSB memberikan penekanan pada belajar peserta didik, baik sebagai
hasil yang dicapai maupun proses yang dilalui untuk mencapai hasil tersebut.
Tahapan
perkembangan Pusat Sumber Belajar sebagai berikut: Pertama, pemanfaatan dan
pengembangan sumber belajar tidak dikelola oleh lembaga formal, tetapi hanya
oleh perorang saja. Kedua, dimulai dengan istilah perpustakaan yang mengoleksi
sumber belajar yang berupa bahan cetak. Ketiga, sesuai dengan perkembangan
media audiovisual dalam bidang pendidikan, timbullah perpustakaan yang
dilengkapi dengan pelayanan audiovisual.
Keempat, perpustakaan semacam ini kemudian dilengkapi dengan ruang
belajar non tradisional sehingga timbullah PSB yang terdiri dari perpustakaan,
ruang belajar tradisional dan pelayanan audiovisual. Kelima, pengembangan
sistem pembelajaran (Warsita, 2008: 212-213).
Pusat sumber belajar
dapat dikatakan pula seperti perpustakaan dan laboratorium, dalam
perkembangannya akan dibahas sebagai berikut:
a. Perpustakaan
Perpustakaan sebagai PSB memiliki peran sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Salah satu fungsi perpustakaan ialah bertujuan untuk memotivasi siswa
supaya lebih giat membaca. Perpustakaan adalah suat unit kerja yang berupa
tempat mengumpulkan, menyimpan, memelihara koleksi bahan perpustakaan yang
dikelola dan diatur secara sistematis digunakan secara kontinu oleh pemakainya
sebagai sumber informasi. Perkembangan perpustakaan saat ini menunjukkan bahwa
perpustakaan bukan hanya merupakan tempat untuk menyimpan atau mengoleksi buku
sebagai benda mati. Buku memang dapat dikaitkan dengan bahan utama
perpustakaan, namun perpustakaan masa kini tidak sekedar pengelolaan buku saja,
tapi masih pula mengelola bahan pustaka selain buku, seperti video, mikrofilm,
slide, kaset, barang cetak lainnya dan audio visual. Peranan perpustakaan
selaku mata rantai kunci dalam proses belajar mengajar menjadikan salah satu
bagian amat penting dari sekolah. Perpustakaan yang baik mampu menyediakan
sumber-sumber belajar yang terpusat.
b. Laboratorium
Laboratorium adalah suatu bentuk mengajar yang menghadapkan murid dengan
benda-benda dan peristiwa. Walaupun laboratorium dikaitkan dengan pengajaran
IPA, namun laboratorium dapat pula dikaitkan dengan yang lain. Jika seorang
guru membawa peserta didik berkaryawisata maka lingkungan merupakan
laboratorium geologi atau geografi dan IPS. Laboratorium menggunakan benda dan
peristiwa yang sebenarnya sebagai stimulus, dan bukan terutama komunikasi
verbal. Setiap eksperimen dalam laboratorium hendaknya mengandung sesuatu yang
baru, sehingga pekerjaan itu merangsang dan bukan hanya sekedar mengikuti prosedur.
Salah satu sumber belajar yang sudah
lama diperlukan – hingga sampai sekarang masih tetap demikian – dalam setiap
lembaga pendidikan atau pelatihan adalah perpustakaan (library). Dalam
penyelenggaraan suatu perguruan tinggi, pernah dikatakan bahwa perpustakaan
adalah jantung suatu universitas. Dikatakan demikian karena perpustakaan yang
mengkoleksi berbagai macam buku dan journal dari berbagai disiplin ilmu
pengetahuan sungguh sangat diperlukan oleh suatu universitas. Salah satu ukuran
yang menentukan mutu suatu universitas adalah seberapa banyak koleksi buku-buku
di dalam perpustakaannya. Universitas-universitas yang ternama di dunia selalu
mempunyai perpustakaan pusat (main library) yang besar dengan koleksi buku-buku
yang sangat banyak jumlahnya hingga ratusan ribu sampai jutaan buku dalam
berbagai jenis disiplin ilmu pengetahuan dalam terbitan yang relatif baru
ditambah dengan koleksi berbagai jenis jurnal ilmiah. Di samping itu di
universitas tersebut terdapat juga adanya perpustakaan fakultas (school
library) di setiap fakultasnya untuk mendukung kegiatan belajar para
mahasiswanya di masing-masing fakultas. Perpustakaan adalah merupakan
perkembangan awal dari Pusat Sumber Belajar. Semua bahan belajar berupa “rinted
materials” yang telah dimiliki dan dikoleksi oleh bagian atau unit yang
dinamakan Perpustakaan dipelihara dan disimpan dengan menggunakan system
klasifikasi tertentu untuk memudahkan pemanfaatannya. Sistim pengklasifikasian
bahan-bahan yang paling banyak digunakan adalah system Dewey Decimal
Classification (DDC).
1. Sejarah
Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Amerika
Latar belakang berdirinya PSB itu berawal dari
adanya kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dari peserta didik. Nilai-nilai
inilah yang selanjutnya menjadi konsep penilaian dan analisis terhadap
kebutuhan individu dalam proses pembelajaran bagi individu-individu dan dasar
paling penting dalam konsep pusat sumber belajar. Sumber belajar yang
sudah sejak lama ada dalam setiap lembaga pendidikan atau pelatihan adalah
perpustakaan. Di lingkungan perguruan tinggi, banyak pendapat yang
menyatakan perpustakaan adalah jantung suatu universitas atau perguruan tinggi
lainnya. Pernyataan itu dapat
dibenarkan, karena perpustakaan yang mengkoleksi berbagai macam dan jenis
buku dan jurnal dari pelbagai disiplin ilmu pengetahuan sungguh sangat
diperlukan oleh suatu lembaga pendidikan dalam memberikan pelayanan optimal
kepada para mahapeserta didiknya. Indikasi yang menentukan mutu suatu
lembaga pendidikan tinggi adalah seberapa lengkap koleksi buku-buku di dalam
perpustakaannya dan apakah pengelolaannya pun dilaksanakan secara professional
atau tidak. Universitas-universitas ternama di dunia selalu memiliki
perpustakaan pusat yang besar dengan koleksi buku-buku yang sangat lengkap
jumlahnya hingga ratusan ribu sampai jutaan buku dalam berbagai disiplin ilmu
terbitan yang relatif baru ditambah dengan koleksi berbagai jenis jurnal
ilmiah. Di samping itu ada beberapa universitas yang melengkapi secara
kelembagaan dengan perpustakaan fakultas untuk mendukung kegiatan belajar para
mahapeserta didiknya di masing-masing fakultas. Satu diantara buku di atas yang menjelaskan tentang sejarah perkembangan
PSB adalah yang ditulis oleh Frances Bennie menjelaskan tentang sejarah
munculnya PSB. Banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain konteks
sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi
di zaman itu. PSB merupakan tingkat pencapaian yang sangat canggih dalam
integrasi manusia, proses, dan sumber daya.
Sebagai hasilnya, PSB telah memungkinkan pendidik
untuk mencapai fleksibilitas yang dibutuhkan dalam memanipulasi lingkungan
pembelajaran untuk tujuan-tujuan yang sangat menguntungkan setiap peserta
didik. Sebuah perspektif sejarah PSB mengungkapkan bahwa, mungkin PSB
tidak akan pernah berkembang sebaik sekarang tanpa kemajuan yang berarti dalam
teknologi, penerimaan pandangan tertentu tentang perbedaan
individu, dan diberlakukannya aturan tentang kewajiban sekolah untuk
memenuhi kebutuhan sumber belajar bagi peserta didik. Selama periode
1900-1960, yang disebut juga Era Manufaktur, dimana
urbanisasi, imigrasi, dan industrialisasi berdampak pada setiap aspek
struktur sosial, politik, dan ekonomi bangsa. Keberadaan sekolah
saat itu memainkan peran yang sangat kaku, menggunakan kurikulum
standar, dan peran guru sangat otoriter. Kondisi ini sangat merugikan selama awal 1900-an yang
kemudian memunculkan (Gerakan Progresif) yang dipimpin oleh
Dewey. Namun, gerakan itu tidak mampu melanjutkan eksistensinya
karena kurangnya praktisi yang mampu menangani masalah-masalah individualisasi
pembelajaran.
Beriringan dengan itu terjadi pengembangan yang
cukup signifikan di bidang industri teknologi membawa angin segar terhadap
perkembangan PSB. Pada tahun 1926 film yang beraudio memicu revolusi
industri dan untuk sistem penerapannya dimulai oleh laboratorium sistem Bell
awal 1920-an. Perkembangan
ini juga membawa pengaruh yang cukup kuat terhadap munculnya kembali ide-ide
baru dalam pengembangan PSB di lingkungan pendidikan. Penekanan perhatian
pemimpin negara bergeser dari keuntungan dalam hal pengetahuan menjadi peran
apa yang dapat dilakukan pendidikan untuk memecahkan krisis
sosial. Meskipun demikian upaya untuk menyediakan berbagai kebutuhan
individu dalam belajar pada tahun 1930-an itu memunculkan masalah yang
disebabkan oleh pendidikan wajib belajar. Masalah-masalah kenakalan
remaja, kegagalan mengendalikan perilaku peserta didik, kerusakan
moral, penurunan pencapaian keterampilan dasar, kurangnya tanggung
jawab yang bersifat non-instruksional, berlebihannya peran guru dalam
pembelajaran dan beberapa daerah yang bermasalah memunculkan keadaan kacau
dalam negeri disebabkan karena depresi yang cukup parah. Akan tetapi di sisi lain ada beberapa kelompok ahli
yang berupaya mendorong agar terjadi perbaikan melalui proses
pembelajaran. Tekad yang muncul adalah memiliki sesuatu untuk semua orang
kemudian mempertahankan kualitas pembelajaran dengan oriensi pada kebutuhan
individu. Kelompok aliran inilah yang ingin melanjutkan penelitiannya
terhadap perbedaan individu dengan harapan dapat menyediakan kebutuhan individu
dalam pembelajaran. Pada awal 1940-an, Allport menyarankan konsep
gaya, yang didefinisikan sebagai konsistensi dan pola perilaku ekspresif
individu itu terwujud dalam melakukan berbagai jenis kegiatan.
Sebuah konsep penting yang tumbuh selama masa
tahun 1960-an dan tahun 1970-an. Konsep ini merupakan upaya untuk memenuhi
kebutuhan belajar yang beragam secara individu. Penelitian itu menyelidiki
penggunaan teknik visual yang terdiri dari persiapan slide yang berisi teks
cerita atau kalimat sederhana yang digunakan untuk mengajar awal membaca di
kelas satu. Berdasarkan temuan ini, disimpulkan bahwa peningkatan
yang cukup baik dalam capaian hasil belajar.
Segera setelah Perang Dunia II, fasilitas
televisi di Amerika Serikat berkembang pesat, akhirnya menemukan cara-cara
terbaik untuk digunakan di sekolah-sekolah umum tahun 1950-an dan pada skala
yang lebih besar selama tahun 1960. Kegiatan utamanya adalah penelitian
yang mengarah ke perumusan konsep gaya belajar kognitif dan prosedur pemetaan
kognitif. Bahkan sebelum Sputnik Soviet, kritikus pendidikan di
Amerika telah mulai menuntut pendidik untuk meninggalkan model pendidikan yang
hanya ingin mencapai tujuan penyeragaman individu untuk seluruh anak dan
mengabdikan diri untuk mengajar anak-anak bagaimana berpikir. Konsep
pendidikan terbuka dikembangkan dari penelitian dan teori
Piaget, memberikan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan pusat-pusat
pembelajaran selama 1960-an. Periode itulah yang memicu dan memacu munculnya
pusat-pusat pembelajaran. Kelas tradisional tidak mungkin melaksanakan
pembelajaran dengan multisumber dan multimedia, karena terbatasnya sumber
daya yang tersedia. Konsep utama yang dibangun adalah peserta didik belajar
dari pengalamannya. Ketersediaan sumber belajar yang kaya, proses
belajar masing-masing individu sebagai sesuatu yang unik, observasi dan
diagnosis kebutuhan individu, peran pendidik sebagai
pemandu , konselor, dan pengelola lingkungan belajar
memungkinkan munculnya PSB yang dapat mendorong individualisasi pembelajaran.
Hak peserta didik untuk membuat keputusan penting
tentang pembelajaran mereka sendiri, keinginan alami anak-anak untuk
berbagi dengan orang lain merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran. Mereka memilih bahan-bahan yang ingin mereka
pelajari. Tahun 1960-an juga terjadi peningkatan yang luas dalam
pengetahuan, kemajuan dramatis dalam teknologi, dan perubahan besar
dalam sosial dipicu oleh undang-undang hak-hak sipil, gerakan feminis, dan
pentingnya moralitas dalam lingkungan pendidikan. Selain itu, tahun
1960-an terlihat peningkatan yang signifikan dalam kualitas dan kuantitas
desain eksperimental yang lebih eksploratif dalam penelitian pendidikan. Disinilah muncul konsep dan ide
pengembangan PSB yang lebih komprehensif dan integratif. Meskipun pendidik
mendefinisikan individualisasi pembelajaran dalam berbagai
pandangan, namun ada kesamaan mendasar yang mereka sepakati bahwa
anak-anak berbeda dan sekolah harus menyediakan berbagai sumber belajar untuk
perbedaan ini. Pendekatan individual dipandang oleh banyak pendidik
sebagai salah satu faktor yang akan mendorong penyediaan lingkungan untuk
merangsang eksplorasi, memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
pemilihan materi, serta menawarkan bimbingan yang memungkinkan tumbuhnya
minat individu itu sendiri untuk belajar. Media non cetak adalah jenis
utama sumber daya yang digunakan di pusat belajar, bersama dengan kit
multi-level dan berbagai jenis pembelajran yang diprogramkan.
Pada tahun 1970 itu jelas bahwa media dapat
digunakan sebagai bagian integral dari pendekatan sistem untuk pembelajaran
ketimbang sebagai alat bantu yang penggunaannya sangat terbatas dalam proses
pembelajaran. Potensi media baru untuk mengembangkan teknologi pembelajaran
individu disadari ketika pertama kali PSB mulai dikembangkan. Bahkan PSB
awalnya berfokus pada metodologi diagnostik preskriptif dan didasarkan pada
keyakinan bahwa peserta didik belajar dengan cara yang berbeda dan pada tingkat
yang berbeda serta mereka mampu memikul tanggung jawab terhadap pilihan cara
belajar mereka sendiri.
Saat ini PSB terus dikembangkan di seluruh negeri
Amerika meskipun banyak kendala yang dihadapi lembaga pendidikan. Alasan
penting dari fenomena ini tentu terletak pada kenyataan bahwa, PSB
merupakan cara yang ekonomis dan efisien untuk memfasilitasi individualisasi
pembelajaran. PSB lahir dari pertimbangan mendalam tentang kebutuhan
peserta didik yang beragam yang tidak mungkin diajar dengan cara seragam.
Uraian berikut akan mengungkapkan perkembangan
PSB dari sisi fisik dan fungsi.
Dilihat dari bentuknya, perpustakaan
merupakan perkembangan awal dari PSB. Semua bahan belajar berupa bahan
cetakan maupun non cetak yang telah dimiliki dan dikoleksi oleh bagian atau
unit yang dinamakan perpustakaan dipelihara dan disimpan dengan menggunakan
sistem klasifikasi tertentu untuk memudahkan pemanfaatannya. Sistim
pengklasifikasian bahan-bahan yang paling banyak digunakan adalah system Dewey
Decimal Classification . Selain itu juga melaksanakan layanan bahan
cetakan dan audio visual yang biasa dilaksanakan oleh
perpustakaan, seperti seleksi , distribusi, dan penggunaan
semua bahan belajar serta fasilitas. Tujuan utamanya adalah memperbaiki
proses pembelajaran peserta didik dengan membantu mereview hasil
penelitian, dan memilih metode pembelajaran terbaik dan bahan ajar terbaik
yang akan diajarkan.
Konsep PSB mengubah organisasi informasi dan pengelolalaan
perpustakaan dari lingkungan hanya bahan cetak menjadi lingkungan bahan cetak
dengan bahan non cetak termasuk pada akhirnya semua teknologi yang lebih baru
seperti bahan rekaman yang dibaca dengan mesin, CD-ROM, video
disc. Melalui sumber dan layanan yang baru, pustakawan dapat membantu
para pengajar mereview metode pembelajaran mereka dan menyarankan praktek yang
lebih kreatif.
2. Sejarah
Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Indonesia
Memberdayakan PSB dapat dimulai dengan
menggunakan fasilitas yang tersedia di setiap sekolah dan pendidikan tinggi
misalnya perpustakaan laboratorium, workshop dan lain
sebagainya. Namun berdasarkan pengamatan ke beberapa universitas dan
survei ke sejumlah sekolah oleh USAID , fakta menunjukkan di sejumlah
sekolah khususnya yang dibantu dalam CLLC-Unesco-Unicef, MBE USAID, dan
LSM, pendekatan pembelajaran berbasis sumber daya telah diterapkan dan
terbukti terjadi peningkatan yang cukup siginifikan dalam kualitas dan prestasi
belajar peserta didik. Pengamatan ke sejumlah sekolah dasar dan menengah
di Provinsi Lampung menunjukkan hampir semua guru tidak mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya belajar yang tersedia di sekolah, peralatan
pembelajaran berbasis ITC tidak tersedia di sebagian besar sekolah, alat
peraga, laboratorium, dan perpustakaan tidak dikelola dengan
baik, tidak ada staf profesional yang tersedia untuk mengelola sumber daya
yang ada pembelajaran. Namun semua sekolah mengungkapkan bahwa mereka
membutuhkan dukungan untuk mengembangkan sumber belajar.
Pengembangan dan pemberdayaan PSB di perguruan
tinggi tampaknya tidak jauh berbeda dengan kondisi yang ada di pendidikan dasar
dan menengah. Hingga saat ini sejumlah sumber belajar telah berkembang di
masyarakat dan mengarah menjadi PSB. Menurut data yang ada, ada lebih
dari 5.000 Pusat Membaca Masyarakat diatur dan dikelola oleh masyarakat lokal
dan tersebar di seluruh Indonesia dan 1.029 dari mereka terdaftar di Direktorat
Pendidikan Massa. Komunitas Reading Centers pada dasarnya menyediakan
bahan bacaan seperti novel, majalah, dan beberapa buku referensi bagi
masyarakat lokal tetapi PJBB ini dapat dikembangkan menjadi PJBB melayani
fasilitas belajar untuk semua orang.
Menyadari peran penting dan strategis
CRC, yang sebagian besar dari mereka berada di kalangan masyarakat
termasuk di daerah pedesaan, Pemerintah telah mendorong orang untuk membangun
dan mengembangkan CRC dengan memberikan bantuan keuangan dan
pelatihan. CRC dapat dikembangkan dan dikelola berfungsi sebagai LRC
dengan memperkaya koleksi yang tidak hanya bahan bacaan cetak tetapi juga
fasilitas berbasis ITC berbasis berdasarkan kebutuhan lokal, menyediakan
berbagai kursus dan menciptakan masyarakat membaca dan
belajar. Perkembangan CRC menjadi LRC dapat mendorong orang untuk belajar
dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar sepanjang
hayat. Perkembangan LRC di sekolah dan pendidikan tinggi dan CRC berfungsi
sebagai LRC membutuhkan tenaga profesional yang dapat merencanakan dan
memberikan layanan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pengguna dan membuat
gembira belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tahapan perkembangan PSB
sebagai berikut:Pertama, pemanfaatan dan pengembangan sumber belajar tidak
dikelola oleh lembaga formal, tetapi hanya oleh perorang saja. Kedua, dimulai
dengan istilah perpustakaan yang mengoleksi sumber belajar yang berupa bahan
cetak. Ketiga, sesuai dengan perkembangan media audiovisual dalam bidang
pendidikan, timbullah perpustakaan yang dilengkapi dengan pelayanan
audiovisual. Keempat, perpustakaan semacam ini kemudian dilengkapi dengan ruang
belajar non tradisional sehingga timbullah PSB yang terdiri dari perpustakaan,
ruang belajar tradisional dan pelayanan audiovisual. Kelima, pengembangan
sistem pembelajaran. Pusat sumber belajar dapat dikatakan pula seperti
perpustakaan dan laboratorium.
PSB mengalami perkembangan seiring dengan
berjalannya waktu dan berkembangnya zaman yang melalui serangkaian tahapan.
Gerakan yang mendorong timbunya PSB adalah adanya PSI (pengembangan sisitem
instruksional). PSI adalah suatu proses yang sistematis dan terus menerus yang
akan membantu para pendidik dalam mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar
yang paling efektif dan efisien bagi peserta didik. Hubungan yang penting
antara PSB dengan PSI adalah bahwa semua sumber dan bahan pembelajaran, segala
macam peralatan audio visual, segala macam personal yang ada di dalam PSB,
semuanya itu dimaksudkan untuk membantu mewujudkan pengembangan sistem
instruksional untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Pusat
Sumber Belajar adalah suatu unit kerja Perguruan yang berfungsi memfasilitasi
kebutuhan sarana proses pembelajaran baik secara hardware, software maupun
human resources.PSB ada yang bersifat khusus yakni melayani kebutuhan
masing-masing unit sekolah seperti perpustakaan, laboratorium sekolah seperti
Lab. MIPA, Lab. Komputer Multimedia, Lab. Bahasa dan alat-alat peraga yang ada
di masing-masing kelas dalam rangka memenuhi kebutuhan sistem moving class.
PSB
yang bersifat umum adalah sarana yang menjadi sumber belajar dan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh siswa-siswi seperti, masjid, perpustakaan umum, lahan
yang luas untuk berkebun, laboratorium alam dan fasilitas internet.
Riwayat
perkembangan pusat sumber belajar : pada awalnya pusat sumber belajar pada
awalnya yang dapat memberikan layanan sumber belajar berupa barang cetakan :
seperti buku, majalah, jurnal, penelitian, gambar-gambar dan sebagainya.
Selanjutnya sesuai kemajuan dalam bidang komunikasi dan teknologi elektronika,
dinamika proses belajar dan sumber belajar yang bervariasi semakin diperlukan
dalam pelaksanaan PBM dengan menggunakan program pembelajaran yang diproduksi
menggunakan alat-alat audio dan audio visual : program radio pendidikan,
teknisi pendidikan digabung dengan perpustakaan yang melayani media cetak maka
timbullah pusat multimedia.
Timbullah
pusat sumber belajar dimungkinkan perkembngan berikutnya berupa pengakuan akan
semakin dibutuhkannya pelayanan dan kegiatan belajar nontradisional yang
membutuhkan ruangan belajar dan belajar yang tidak hanya terbatas di jam-jam
sekolah. Dalam perkembangan selanjutnya di mungkinkan pada pusat sumber belajar
di gunakan untuk mengembangkan system instruksional sehingga terjadi
peningkatan efektivitas kegiatan belajar mengajar dengan penekanannya pada
aktivitas siswa secara optimal baik di kelas maupun di luar kelas termasuk di
sumber belajar.
B. Saran
Semoga ke depannya akan terbentuk PSB yang merata di seluruh wilayah Indonesia
sehingga kesempatan belajar oleh siapa saja/ apa saja, kapan saja dan dimana
saja bukan menjadi harapan tetapi akan menjadi sebuah perwujudan yang nyata.
Untuk PSB yang telah ada saat ini semoga dapat lebih memaksimalkan pengelolaan
sehingga dapat didayagunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya serta semakin
banyak produk-produk yang akan dihasilkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmansyah. 2019. Pengembangan Pusat Sumber Belajar.
Depok : PT Raja Grafindo Persada
Bambang Warsita, 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Nasution, 2010. Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Yusuf
Hadi Miarso. 2007. Menyemai Benih
Teknologi Pendidikan. Jakarta. Kencana
Darmawan,
D. 2012. Teknologi Pembelajaran (2 ed.).
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prawiradilaga,
D. S. 2014. Wawasan Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Pribadi,
B. A. 2017. Media & Teknologi dalam
Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group.
Sitepu.
2014. Pengembangan Sumber Belajar.
Rajawali Press: Jakarta
Warsita,
Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran
landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Edi. 2012. Pengertian
dan Riwayat Perkembangan Pusat Sumber Belajar. http://ediconnect.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-riwayat-perkembangan.html.
Kamboja, Amir. 2010. Konsep Pusat Sumber Belajar. http://amierkamboja88.wordpress.com/2010/04/28/konsep-pusat-sumber-belajar-psb/.
Mamocil. 2013. Perkembangan
Konsep Pusat Sumber Belajar http://mamocil.blogspot.com/2013/04/perkembangan-konsep-pusat-sumber-belajar.html.
Multazam, Ahmad. 2013. Perkembangan Dan Pengembangan Pusat Sumber Belajar (http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/05/perkembangan-dan-pengembangan-pusat_13.html).
Umiilika. 2014. Pengembangan pusat sumber belajar sebagai
sarana peningkatan kualitas pembelajaran. (http://umiilika.wordpress.com/2014/02/18/pengembangan-pusat-sumber-belajar-sebagai-sarana-peningkatan-kualitas-pembelajaran/).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar