Minggu, 23 Juni 2024

SEJARAH PUSAT SUMBER BELAJAR (PSB)

 

MAKALAH

PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR

TENTANG

“Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar (PSB)”

 

 

Oleh :

Dhea Armadhani : 23155023

 

 

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Darmansyah, S.T., M.Pd

 

 

 

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya dalam menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Sumber Belajar. Dengan segala keterbatasan dan ditengah kesibukan kami menyusun makalah ini. Makalah ini memuat tentang “Sejarah Perkembangan PSB”. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah, teman-teman dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang positif guna perbaikan di kemudian hari. Terimakasih.

 

 

                                                                                                Lubuk Basung, Maret 2024

 

 

  Penyusun

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

A.    Latar Belakang.................................................................................................................. 1

B.     Rumusan Masalah............................................................................................................. 2

C.     Tujuan Penelitian............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 3

A.    Perkembangan Pusat Sumber Belajar ............................................................................... 3

B.     Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Amerika............................................................. 8

C.     Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Indonesia........................................................... 12

BAB III PENUTUP.................................................................................................................... 14

A.    Kesimpulan........................................................................................................................ 14

B.     Saran ................................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 16


 


BAB 1

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Sejak pertengahan decade 1970-an terdapat perkembangan yang pesat di bidang dan konsep teknologi pendidikan dan teknologi instruksional (pembelajaran) dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, tidak saja di Amerika Serikat tetapi juga di negara-negara lain seperti Canada, Australia, Korea Selatan, Jepang, Singapura, Malaysia, dan tentunya juga di Indonesia. Konsep teknologi pendidikan menekankan kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan penggunaan berbagai jenis sumber belajar. Hal ini tentunya merupakan suatu pandangan yang baru atau yang bersifat inovatif, karena pandangan masyarakat pada umumnya mengenai pendidikan adalah bersifat konvensional yaitu mengkaitkan penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang terjadi atau berlangsung di dalam kelas, di mana sejumlah murid atau peserta belajar secara bersama-sama memperoleh pelajaran dari seorang guru atau instruktur. Hal ini seringkali berakibat menjadinya proses pemberian pelajaran oleh guru atau instruktur bersifat verbalistis, karena guru sangat dominan menggunakan lambang verbal dalam melaksanakan proses pembelajaran yang umumnya dilakukan melalui penggunaan metode ceramah. 

Di samping makin meluasnya penggunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan, peran dan sumbangan teknologi pendidikan lainnya yang paling monumental dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran adalah dilaksanakannya sistem pendidikan terbuka (open learning) atau pendidikan/belajar jarak jauh (distance education).sebagai jaringan pembelajaran yang bersifat inovatif dalam sistem pendidikan. Pusat sumber belajar sering disebut juga sebagai media center, yang diartikan sebagai lembaga yang memberikan fasilitas pendidikan, pelatihan, dan pengenalan berbagai media pembelajaran.

Pusat sumber belajar dirancang untuk memberikan kemudahan kepada peserta didik baik secara individu maupun kelompok atau guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang tersedia. Dengan demikian, kebutuhan akan sumber belajar dalam proses pembelajaran bisa terpenuhi dengan adanya pusat sumber belajar. Secara khusus Pusat Sumber Belajar adalah suatu unit dalam suatu lembaga (khususnya sekolah/universitas/perusahaan) yang berperan mendorong efektifitas serta optimalisasi proses pembelajaran melalui penyelenggaraan berbagai fungsi yang meliputi fungsi layanan (seperti layanan media, pelatihan, konsultansi pembelajaran, dll), fungsi pengadaan/pengembangan (porudksi) media pembelajaran, fungsi penelitian dan pengembangan, dan fungsi lain yang relevan untuk peningkatan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Ada beberapa contoh yang merupakan pusat sumber belajar, diantaranya yaitu perpustakaan, laboratorium, taman belajar dan yang lainnya.

 

B.  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar?

2.      Bagaimana Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Amerika?

3.      Bagaimana Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Indonesia?

 

C.  Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui bagaimana Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar

2.      Untuk mengetahui bagaimana Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Amerika

3.      Untuk mengetahui bagaimana Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar

Sejarah  perkembangan  pusat  sumber  belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses yang kontinum dari pengembangan sarana belajar. Mulai dari hanya sekedar  penyediaan  sumber  belajar  cetak  hingga menjadi penyediaan sarana belajar; mulai dari sekedar alat bantu pengajaran hingga menjadi bagain integral dalam sistem pembelajaran; mulai dari sekedar unit yang membantu proses belajar mengajar hingga pada akhirnya  menjadi  suatu  lembaga  yang  profesioanal dalam menunjang pencapain tujuan pembelajaran.

Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Merril dan Drop (1977), yang menyebut pusat sumber belajar sebagai suatu kegiatan yang terorganisir yang terdiri dari  Direktur,  staf,  peralatan  dan  bahan-bahan pembelajaran  yang  ditempatkan  dalam  satu  lokasi serta mempunyai satu atau lebih fasilitas khusus untuk perencanaan, produksi, penyajian, dan pengembangan yang berhubungan dengan kurikulum dan pengajaran pada suatu universitas atau sekolah.

Dari  apa  yang  diuraikan  di  atas,  dapat dikatakan bahwa PSB sebagai bagian integral dalam sistem pembelajaran terus berkembang baik dari segi sarana dan prasarana yang dimilikinya sampai kepada fungsi-fungsinya  dalam  mencapai  tujuan  atau kompetensi pembelajaran.

Peterson (1977) misalnya, mengambarkan PSB sebagai lembaga yang terdiri dari: (1) perpustakaan; (2)  ruangan  belajar  non-tradisional;  (3)  pelayanan audio-visual, peralatan, serta kegiatan produksi media; dan (4) pengembangan sistem instruksional.

Gambar Komponen PSB Menurut  Peterson  (1977),  pada  mulanya  PSB hanya  berupa  perpustakaan  cetak,  kemudian berkembang dengan adanya Ruang Belajar Non-Cetak. Pada fase berikutnya (fase ke 3) PSB memiliki bagian Pelayanan Audio Visual, perlatan dan produksi media pembelajan.   Terakhir   PSB   memiliki   bagian pengembangan sistem intruksional. Meskipun muncul yang  terakhir,  bagian  pengembangan  sistem intruksional menjadi ciri dari PSB yang berkembang dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan pembelajaran.

Pusat sumber belajar merupakan suatu hasil perkembangan secara bertahap yang dimulai dari perpustakaan yang memberikan penekanan kepada media cetak sampai kepada suatu lembaga yang mengelola berbagai sumber belajar baik cetak maupun non cetak.

Menurut Gary T. Peterson dalam Rahadi (2005: 191) perkembangan PSB mengalami 5 (lima) tahap antara lain, yaitu:

1)             Tahap pertama, pemanfaatan dan pengembangan sumber belajar tidak dikelola dan diorganisir secara formal oleh suatu lembaga, melainkan hanya oleh orang perorang saja.

2)             Tahap kedua, dimulai dengan istilah perpustakaan yang mengoleksi sumber belajar berupa bahan cetak.

3)             Tahap ketiga, sesuai perkembangan peranan media audio visual dalam bidang pendidikan, timbullah perpustakaan yang dilengkapi dengan pelayanan audio visual.

4)             Tahap keempat, perpustakaan semacam ini kemudian dilengkapi dengan ruang belajar non tradisional sehingga timbullah PSB yang terdiri dari perpustakaan, ruang belajar tradisional, dan pelayanan audio visual.

5)             Tahap kelima, di samping PSB terdiri dari perpustakaan, ruang belajar tradisional, dan pelayanan audio visual juga ditambah dengan komponen kegiatan yang sangat penting, yaitu pengembangan sistem pembelajaran.

 

Apabila digambarkan tentang perkembangan PSB mulai muncul istilah perpustakaan sampai adanya pengembangan sistem pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1)             Pertumbuhan pusat sumber belajar merupakan suatu kemajuan bertahap dimulai dari perpustakaan yang hanya terdiri dari media cetak.

PERPUSTAKAAN

 

 

 

 

 

2)             Dalam melaksanakan kegiatannya perpustakaan menanggapi permintaan-permintaan dan memberikan pelayanan kepada para konsumen yang bervariasi secara luas. Dengan semakin meluasnya kemajuan dalam bidang komunikasi dan teknologi, dinamika proses belajar dan sumber belajar yang bervariasi semakin diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dengan penekanan pada bahan pengajaran yang baru melalui produksi audio visual digabung dengan perpustakaan yang melayani media cetak, maka timbul pusat multimedia.

PERPUSTAKAAN

PELAYANAN AUDIO VISUAL: PERALATAN + PRODUKSI

 

 

 

 

 


3)             Timbulnya PSB dimungkinkan pula oleh pertumbuhan berikutnya yang berupa pengakuan akan semakin dibutuhkannya pelayanan dan kegiatan belajar non tradisional yang membutuhkan ruangan belajar tertentu sesuai dengan kebutuhan, misalnya belajar mandiri dengan modul, simulasi dan permainan, dan sebagainya.

RUANGAN BELAJAR NON TRADISIONAL

PERPUSTAKAAN

PELAYANAN AUDIO VISUAL: PERALATAN + PRODUKSI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


4)             Pengembangan sistem instruksional menurut peningkatan efektivitas kegiatan belajar-mengajar dengan memberikan penekanan pada aktivitas siswa dimana kegiatan belajar di kelas dan pada PSB merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terpadu. Dengan demikian fungsi PSB lebih luas lagi, sehingga bila digambarkan menjadi sebagai berikut.

 

 

 

 

RUANGAN BELAJAR NON TRADISIONAL

PERPUSTAKAAN

PELAYANAN AUDIO VISUAL: PERALATAN + PRODUKSI

 

 

 

 

 


                                                                PSI

 

 

 

 

Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses yang sistematis dan terus menerus, yang akan membantu pengajaran dalam mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar yang memungkinkan partisipasi aktif siswa  di dalam proses pembelajaran. Di sinilah letak hubungan yang penting antara PSB dengan PSI. segala sumber dan bahan, segala macam peralatan audio visual, segala jenis personel yang ada di dalam PSB dimaksudkan untuk membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi interaksi peserta didik dan pendidik dalam proses pembelajaran.

Dengan memperhatikan gambar perkembangan PSB mulai dari perpustakaan sampai bentuk yang terakhir, menunjukkan adanya suatu kombinasi yang terpadu antara unsur-unsur yang ada melalui perkembangan yang berjalan secara bertahap, yaitu perpustakaan, pelayanan program audio visual, pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara non tradisional, dan pentingnya pengembangan sistem pembelajaran. Pada tingkat perkembangan yang demikian ini, PSB memberikan penekanan pada belajar peserta didik, baik sebagai hasil yang dicapai maupun proses yang dilalui untuk mencapai hasil tersebut.

 

Tahapan perkembangan Pusat Sumber Belajar sebagai berikut: Pertama, pemanfaatan dan pengembangan sumber belajar tidak dikelola oleh lembaga formal, tetapi hanya oleh perorang saja. Kedua, dimulai dengan istilah perpustakaan yang mengoleksi sumber belajar yang berupa bahan cetak. Ketiga, sesuai dengan perkembangan media audiovisual dalam bidang pendidikan, timbullah perpustakaan yang dilengkapi dengan pelayanan audiovisual.  Keempat, perpustakaan semacam ini kemudian dilengkapi dengan ruang belajar non tradisional sehingga timbullah PSB yang terdiri dari perpustakaan, ruang belajar tradisional dan pelayanan audiovisual. Kelima, pengembangan sistem pembelajaran (Warsita, 2008: 212-213).

Pusat sumber belajar dapat dikatakan pula seperti perpustakaan dan laboratorium, dalam perkembangannya akan dibahas sebagai berikut: 

a.   Perpustakaan 

Perpustakaan sebagai PSB memiliki peran sangat penting dalam proses belajar mengajar. Salah satu fungsi perpustakaan ialah bertujuan untuk memotivasi siswa supaya lebih giat membaca. Perpustakaan adalah suat unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan, memelihara koleksi bahan perpustakaan yang dikelola dan diatur secara sistematis digunakan secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi. Perkembangan perpustakaan saat ini menunjukkan bahwa perpustakaan bukan hanya merupakan tempat untuk menyimpan atau mengoleksi buku sebagai benda mati. Buku memang dapat dikaitkan dengan bahan utama perpustakaan, namun perpustakaan masa kini tidak sekedar pengelolaan buku saja, tapi masih pula mengelola bahan pustaka selain buku, seperti video, mikrofilm, slide, kaset, barang cetak lainnya dan audio visual. Peranan perpustakaan selaku mata rantai kunci dalam proses belajar mengajar menjadikan salah satu bagian amat penting dari sekolah. Perpustakaan yang baik mampu menyediakan sumber-sumber belajar yang terpusat.

 

b.  Laboratorium 

Laboratorium adalah suatu bentuk mengajar yang menghadapkan murid dengan benda-benda dan peristiwa. Walaupun laboratorium dikaitkan dengan pengajaran IPA, namun laboratorium dapat pula dikaitkan dengan yang lain. Jika seorang guru membawa peserta didik berkaryawisata maka lingkungan merupakan laboratorium geologi atau geografi dan IPS. Laboratorium menggunakan benda dan peristiwa yang sebenarnya sebagai stimulus, dan bukan terutama komunikasi verbal. Setiap eksperimen dalam laboratorium hendaknya mengandung sesuatu yang baru, sehingga pekerjaan itu merangsang dan bukan hanya sekedar mengikuti prosedur.

 

Salah satu sumber belajar yang sudah lama diperlukan – hingga sampai sekarang masih tetap demikian – dalam setiap lembaga pendidikan atau pelatihan adalah perpustakaan (library). Dalam penyelenggaraan suatu perguruan tinggi, pernah dikatakan bahwa perpustakaan adalah jantung suatu universitas. Dikatakan demikian karena perpustakaan yang mengkoleksi berbagai macam buku dan journal dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan sungguh sangat diperlukan oleh suatu universitas. Salah satu ukuran yang menentukan mutu suatu universitas adalah seberapa banyak koleksi buku-buku di dalam perpustakaannya. Universitas-universitas yang ternama di dunia selalu mempunyai perpustakaan pusat (main library) yang besar dengan koleksi buku-buku yang sangat banyak jumlahnya hingga ratusan ribu sampai jutaan buku dalam berbagai jenis disiplin ilmu pengetahuan dalam terbitan yang relatif baru ditambah dengan koleksi berbagai jenis jurnal ilmiah. Di samping itu di universitas tersebut terdapat juga adanya perpustakaan fakultas (school library) di setiap fakultasnya untuk mendukung kegiatan belajar para mahasiswanya di masing-masing fakultas. Perpustakaan adalah merupakan perkembangan awal dari Pusat Sumber Belajar. Semua bahan belajar berupa “rinted materials” yang telah dimiliki dan dikoleksi oleh bagian atau unit yang dinamakan Perpustakaan dipelihara dan disimpan dengan menggunakan system klasifikasi tertentu untuk memudahkan pemanfaatannya. Sistim pengklasifikasian bahan-bahan yang paling banyak digunakan adalah system Dewey Decimal Classification (DDC).

 

1.    Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Amerika

Latar belakang berdirinya PSB itu berawal dari adanya kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dari peserta didik. Nilai-nilai inilah yang selanjutnya menjadi konsep penilaian dan analisis terhadap kebutuhan individu dalam proses pembelajaran bagi individu-individu dan dasar paling penting dalam konsep pusat sumber belajar. Sumber belajar yang sudah sejak lama ada dalam setiap lembaga pendidikan atau pelatihan adalah perpustakaan. Di lingkungan perguruan tinggi, banyak pendapat yang menyatakan perpustakaan adalah jantung suatu universitas atau perguruan tinggi lainnya. Pernyataan itu dapat dibenarkan, karena perpustakaan yang mengkoleksi berbagai macam dan jenis buku dan jurnal dari pelbagai disiplin ilmu pengetahuan sungguh sangat diperlukan oleh suatu lembaga pendidikan dalam memberikan pelayanan optimal kepada para mahapeserta didiknya. Indikasi yang menentukan mutu suatu lembaga pendidikan tinggi adalah seberapa lengkap koleksi buku-buku di dalam perpustakaannya dan apakah pengelolaannya pun dilaksanakan secara professional atau tidak. Universitas-universitas ternama di dunia selalu memiliki perpustakaan pusat yang besar dengan koleksi buku-buku yang sangat lengkap jumlahnya hingga ratusan ribu sampai jutaan buku dalam berbagai disiplin ilmu terbitan yang relatif baru ditambah dengan koleksi berbagai jenis jurnal ilmiah. Di samping itu ada beberapa universitas yang melengkapi secara kelembagaan dengan perpustakaan fakultas untuk mendukung kegiatan belajar para mahapeserta didiknya di masing-masing fakultas. Satu diantara buku di atas yang menjelaskan tentang sejarah perkembangan PSB adalah yang ditulis oleh Frances Bennie menjelaskan tentang sejarah munculnya PSB. Banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain konteks sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi di zaman itu. PSB merupakan tingkat pencapaian yang sangat canggih dalam integrasi manusia, proses, dan sumber daya.

Sebagai hasilnya, PSB telah memungkinkan pendidik untuk mencapai fleksibilitas yang dibutuhkan dalam memanipulasi lingkungan pembelajaran untuk tujuan-tujuan yang sangat menguntungkan setiap peserta didik. Sebuah perspektif sejarah PSB mengungkapkan bahwa, mungkin PSB tidak akan pernah berkembang sebaik sekarang tanpa kemajuan yang berarti dalam teknologi, penerimaan pandangan tertentu tentang perbedaan individu, dan diberlakukannya aturan tentang kewajiban sekolah untuk memenuhi kebutuhan sumber belajar bagi peserta didik. Selama periode 1900-1960, yang disebut juga Era Manufaktur, dimana urbanisasi, imigrasi, dan industrialisasi berdampak pada setiap aspek struktur sosial, politik, dan ekonomi bangsa. Keberadaan sekolah saat itu memainkan peran yang sangat kaku, menggunakan kurikulum standar, dan peran guru sangat otoriter. Kondisi ini sangat merugikan selama awal 1900-an yang kemudian memunculkan (Gerakan Progresif) yang dipimpin oleh Dewey. Namun, gerakan itu tidak mampu melanjutkan eksistensinya karena kurangnya praktisi yang mampu menangani masalah-masalah individualisasi pembelajaran. 

Beriringan dengan itu terjadi pengembangan yang cukup signifikan di bidang industri teknologi membawa angin segar terhadap perkembangan PSB. Pada tahun 1926 film yang beraudio memicu revolusi industri dan untuk sistem penerapannya dimulai oleh laboratorium sistem Bell awal 1920-an. Perkembangan ini juga membawa pengaruh yang cukup kuat terhadap munculnya kembali ide-ide baru dalam pengembangan PSB di lingkungan pendidikan. Penekanan perhatian pemimpin negara bergeser dari keuntungan dalam hal pengetahuan menjadi peran apa yang dapat dilakukan pendidikan untuk memecahkan krisis sosial. Meskipun demikian upaya untuk menyediakan berbagai kebutuhan individu dalam belajar pada tahun 1930-an itu memunculkan masalah yang disebabkan oleh pendidikan wajib belajar. Masalah-masalah kenakalan remaja, kegagalan mengendalikan perilaku peserta didik, kerusakan moral, penurunan pencapaian keterampilan dasar, kurangnya tanggung jawab yang bersifat non-instruksional, berlebihannya peran guru dalam pembelajaran dan beberapa daerah yang bermasalah memunculkan keadaan kacau dalam negeri disebabkan karena depresi yang cukup parah. Akan tetapi di sisi lain ada beberapa kelompok ahli yang berupaya mendorong agar terjadi perbaikan melalui proses pembelajaran. Tekad yang muncul adalah memiliki sesuatu untuk semua orang kemudian mempertahankan kualitas pembelajaran dengan oriensi pada kebutuhan individu. Kelompok aliran inilah yang ingin melanjutkan penelitiannya terhadap perbedaan individu dengan harapan dapat menyediakan kebutuhan individu dalam pembelajaran. Pada awal 1940-an, Allport menyarankan konsep gaya, yang didefinisikan sebagai konsistensi dan pola perilaku ekspresif individu itu terwujud dalam melakukan berbagai jenis kegiatan.

Sebuah konsep penting yang tumbuh selama masa tahun 1960-an dan tahun 1970-an. Konsep ini merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam secara individu. Penelitian itu menyelidiki penggunaan teknik visual yang terdiri dari persiapan slide yang berisi teks cerita atau kalimat sederhana yang digunakan untuk mengajar awal membaca di kelas satu. Berdasarkan temuan ini, disimpulkan bahwa peningkatan yang cukup baik dalam capaian hasil belajar.

Segera setelah Perang Dunia II, fasilitas televisi di Amerika Serikat berkembang pesat, akhirnya menemukan cara-cara terbaik untuk digunakan di sekolah-sekolah umum tahun 1950-an dan pada skala yang lebih besar selama tahun 1960. Kegiatan utamanya adalah penelitian yang mengarah ke perumusan konsep gaya belajar kognitif dan prosedur pemetaan kognitif. Bahkan sebelum Sputnik Soviet, kritikus pendidikan di Amerika telah mulai menuntut pendidik untuk meninggalkan model pendidikan yang hanya ingin mencapai tujuan penyeragaman individu untuk seluruh anak dan mengabdikan diri untuk mengajar anak-anak bagaimana berpikir. Konsep pendidikan terbuka dikembangkan dari penelitian dan teori Piaget, memberikan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan pusat-pusat pembelajaran selama 1960-an. Periode itulah yang memicu dan memacu munculnya pusat-pusat pembelajaran. Kelas tradisional tidak mungkin melaksanakan pembelajaran dengan multisumber dan multimedia, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia. Konsep utama yang dibangun adalah peserta didik belajar dari pengalamannya. Ketersediaan sumber belajar yang kaya, proses belajar masing-masing individu sebagai sesuatu yang unik, observasi dan diagnosis kebutuhan individu, peran pendidik sebagai pemandu , konselor, dan pengelola lingkungan belajar memungkinkan munculnya PSB yang dapat mendorong individualisasi pembelajaran.

Hak peserta didik untuk membuat keputusan penting tentang pembelajaran mereka sendiri, keinginan alami anak-anak untuk berbagi dengan orang lain merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Mereka memilih bahan-bahan yang ingin mereka pelajari. Tahun 1960-an juga terjadi peningkatan yang luas dalam pengetahuan, kemajuan dramatis dalam teknologi, dan perubahan besar dalam sosial dipicu oleh undang-undang hak-hak sipil, gerakan feminis, dan pentingnya moralitas dalam lingkungan pendidikan. Selain itu, tahun 1960-an terlihat peningkatan yang signifikan dalam kualitas dan kuantitas desain eksperimental yang lebih eksploratif dalam penelitian pendidikan. Disinilah muncul konsep dan ide pengembangan PSB yang lebih komprehensif dan integratif. Meskipun pendidik mendefinisikan individualisasi pembelajaran dalam berbagai pandangan, namun ada kesamaan mendasar yang mereka sepakati bahwa anak-anak berbeda dan sekolah harus menyediakan berbagai sumber belajar untuk perbedaan ini. Pendekatan individual dipandang oleh banyak pendidik sebagai salah satu faktor yang akan mendorong penyediaan lingkungan untuk merangsang eksplorasi, memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk pemilihan materi, serta menawarkan bimbingan yang memungkinkan tumbuhnya minat individu itu sendiri untuk belajar. Media non cetak adalah jenis utama sumber daya yang digunakan di pusat belajar, bersama dengan kit multi-level dan berbagai jenis pembelajran yang diprogramkan.

Pada tahun 1970 itu jelas bahwa media dapat digunakan sebagai bagian integral dari pendekatan sistem untuk pembelajaran ketimbang sebagai alat bantu yang penggunaannya sangat terbatas dalam proses pembelajaran. Potensi media baru untuk mengembangkan teknologi pembelajaran individu disadari ketika pertama kali PSB mulai dikembangkan. Bahkan PSB awalnya berfokus pada metodologi diagnostik preskriptif dan didasarkan pada keyakinan bahwa peserta didik belajar dengan cara yang berbeda dan pada tingkat yang berbeda serta mereka mampu memikul tanggung jawab terhadap pilihan cara belajar mereka sendiri.

Saat ini PSB terus dikembangkan di seluruh negeri Amerika meskipun banyak kendala yang dihadapi lembaga pendidikan. Alasan penting dari fenomena ini tentu terletak pada kenyataan bahwa, PSB merupakan cara yang ekonomis dan efisien untuk memfasilitasi individualisasi pembelajaran. PSB lahir dari pertimbangan mendalam tentang kebutuhan peserta didik yang beragam yang tidak mungkin diajar dengan cara seragam.
Uraian berikut akan mengungkapkan perkembangan PSB dari sisi fisik dan fungsi. 

Dilihat dari bentuknya, perpustakaan merupakan perkembangan awal dari PSB. Semua bahan belajar berupa bahan cetakan maupun non cetak yang telah dimiliki dan dikoleksi oleh bagian atau unit yang dinamakan perpustakaan dipelihara dan disimpan dengan menggunakan sistem klasifikasi tertentu untuk memudahkan pemanfaatannya. Sistim pengklasifikasian bahan-bahan yang paling banyak digunakan adalah system Dewey Decimal Classification . Selain itu juga melaksanakan layanan bahan cetakan dan audio visual yang biasa dilaksanakan oleh perpustakaan, seperti seleksi , distribusi, dan penggunaan semua bahan belajar serta fasilitas. Tujuan utamanya adalah memperbaiki proses pembelajaran peserta didik dengan membantu mereview hasil penelitian, dan memilih metode pembelajaran terbaik dan bahan ajar terbaik yang akan diajarkan.

Konsep PSB mengubah organisasi informasi dan pengelolalaan perpustakaan dari lingkungan hanya bahan cetak menjadi lingkungan bahan cetak dengan bahan non cetak termasuk pada akhirnya semua teknologi yang lebih baru seperti bahan rekaman yang dibaca dengan mesin, CD-ROM, video disc. Melalui sumber dan layanan yang baru, pustakawan dapat membantu para pengajar mereview metode pembelajaran mereka dan menyarankan praktek yang lebih kreatif.

 

2.    Sejarah Perkembangan Pusat Sumber Belajar di Indonesia

Memberdayakan PSB dapat dimulai dengan menggunakan fasilitas yang tersedia di setiap sekolah dan pendidikan tinggi misalnya perpustakaan laboratorium, workshop dan lain sebagainya. Namun berdasarkan pengamatan ke beberapa universitas dan survei ke sejumlah sekolah oleh USAID , fakta menunjukkan di sejumlah sekolah khususnya yang dibantu dalam CLLC-Unesco-Unicef, MBE USAID, dan LSM, pendekatan pembelajaran berbasis sumber daya telah diterapkan dan terbukti terjadi peningkatan yang cukup siginifikan dalam kualitas dan prestasi belajar peserta didik. Pengamatan ke sejumlah sekolah dasar dan menengah di Provinsi Lampung menunjukkan hampir semua guru tidak mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya belajar yang tersedia di sekolah, peralatan pembelajaran berbasis ITC tidak tersedia di sebagian besar sekolah, alat peraga, laboratorium, dan perpustakaan tidak dikelola dengan baik, tidak ada staf profesional yang tersedia untuk mengelola sumber daya yang ada pembelajaran. Namun semua sekolah mengungkapkan bahwa mereka membutuhkan dukungan untuk mengembangkan sumber belajar.

Pengembangan dan pemberdayaan PSB di perguruan tinggi tampaknya tidak jauh berbeda dengan kondisi yang ada di pendidikan dasar dan menengah. Hingga saat ini sejumlah sumber belajar telah berkembang di masyarakat dan mengarah menjadi PSB. Menurut data yang ada, ada lebih dari 5.000 Pusat Membaca Masyarakat diatur dan dikelola oleh masyarakat lokal dan tersebar di seluruh Indonesia dan 1.029 dari mereka terdaftar di Direktorat Pendidikan Massa. Komunitas Reading Centers pada dasarnya menyediakan bahan bacaan seperti novel, majalah, dan beberapa buku referensi bagi masyarakat lokal tetapi PJBB ini dapat dikembangkan menjadi PJBB melayani fasilitas belajar untuk semua orang.

Menyadari peran penting dan strategis CRC, yang sebagian besar dari mereka berada di kalangan masyarakat termasuk di daerah pedesaan, Pemerintah telah mendorong orang untuk membangun dan mengembangkan CRC dengan memberikan bantuan keuangan dan pelatihan. CRC dapat dikembangkan dan dikelola berfungsi sebagai LRC dengan memperkaya koleksi yang tidak hanya bahan bacaan cetak tetapi juga fasilitas berbasis ITC berbasis berdasarkan kebutuhan lokal, menyediakan berbagai kursus dan menciptakan masyarakat membaca dan belajar. Perkembangan CRC menjadi LRC dapat mendorong orang untuk belajar dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar sepanjang hayat. Perkembangan LRC di sekolah dan pendidikan tinggi dan CRC berfungsi sebagai LRC membutuhkan tenaga profesional yang dapat merencanakan dan memberikan layanan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pengguna dan membuat gembira belajar.

 


 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Tahapan perkembangan PSB sebagai berikut:Pertama, pemanfaatan dan pengembangan sumber belajar tidak dikelola oleh lembaga formal, tetapi hanya oleh perorang saja. Kedua, dimulai dengan istilah perpustakaan yang mengoleksi sumber belajar yang berupa bahan cetak. Ketiga, sesuai dengan perkembangan media audiovisual dalam bidang pendidikan, timbullah perpustakaan yang dilengkapi dengan pelayanan audiovisual. Keempat, perpustakaan semacam ini kemudian dilengkapi dengan ruang belajar non tradisional sehingga timbullah PSB yang terdiri dari perpustakaan, ruang belajar tradisional dan pelayanan audiovisual. Kelima, pengembangan sistem pembelajaran. Pusat sumber belajar dapat dikatakan pula seperti perpustakaan dan laboratorium.

PSB mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya zaman yang melalui serangkaian tahapan. Gerakan yang mendorong timbunya PSB adalah adanya PSI (pengembangan sisitem instruksional). PSI adalah suatu proses yang sistematis dan terus menerus yang akan membantu para pendidik dalam mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar yang paling efektif dan efisien bagi peserta didik. Hubungan yang penting antara PSB dengan PSI adalah bahwa semua sumber dan bahan pembelajaran, segala macam peralatan audio visual, segala macam personal yang ada di dalam PSB, semuanya itu dimaksudkan untuk membantu mewujudkan pengembangan sistem instruksional untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Pusat Sumber Belajar adalah suatu unit kerja Perguruan yang berfungsi memfasilitasi kebutuhan sarana proses pembelajaran baik secara hardware, software maupun human resources.PSB ada yang bersifat khusus yakni melayani kebutuhan masing-masing unit sekolah seperti perpustakaan, laboratorium sekolah seperti Lab. MIPA, Lab. Komputer Multimedia, Lab. Bahasa dan alat-alat peraga yang ada di masing-masing kelas dalam rangka memenuhi kebutuhan sistem moving class.

PSB yang bersifat umum adalah sarana yang menjadi sumber belajar dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa-siswi seperti, masjid, perpustakaan umum, lahan yang luas untuk berkebun, laboratorium alam dan fasilitas internet.

Riwayat perkembangan pusat sumber belajar : pada awalnya pusat sumber belajar pada awalnya yang dapat memberikan layanan sumber belajar berupa barang cetakan : seperti buku, majalah, jurnal, penelitian, gambar-gambar dan sebagainya. Selanjutnya sesuai kemajuan dalam bidang komunikasi dan teknologi elektronika, dinamika proses belajar dan sumber belajar yang bervariasi semakin diperlukan dalam pelaksanaan PBM dengan menggunakan program pembelajaran yang diproduksi menggunakan alat-alat audio dan audio visual : program radio pendidikan, teknisi pendidikan digabung dengan perpustakaan yang melayani media cetak maka timbullah pusat multimedia. 

Timbullah pusat sumber belajar dimungkinkan perkembngan berikutnya berupa pengakuan akan semakin dibutuhkannya pelayanan dan kegiatan belajar nontradisional yang membutuhkan ruangan belajar dan belajar yang tidak hanya terbatas di jam-jam sekolah. Dalam perkembangan selanjutnya di mungkinkan pada pusat sumber belajar di gunakan untuk mengembangkan system instruksional sehingga terjadi peningkatan efektivitas kegiatan belajar mengajar dengan penekanannya pada aktivitas siswa secara optimal baik di kelas maupun di luar kelas termasuk di sumber belajar. 

 

B.     Saran

Semoga ke depannya akan terbentuk PSB  yang merata di seluruh wilayah Indonesia sehingga kesempatan belajar oleh siapa saja/ apa saja, kapan saja dan dimana saja bukan menjadi harapan tetapi akan menjadi sebuah perwujudan yang nyata. Untuk PSB yang telah ada saat ini semoga dapat lebih memaksimalkan pengelolaan sehingga dapat didayagunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya serta semakin banyak produk-produk yang akan dihasilkan.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Darmansyah. 2019. Pengembangan Pusat Sumber Belajar. Depok : PT Raja Grafindo Persada

 Bambang Warsita, 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Nasution, 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Yusuf Hadi Miarso. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta. Kencana

Darmawan, D. 2012. Teknologi Pembelajaran (2 ed.). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Prawiradilaga, D. S. 2014. Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Pribadi, B. A. 2017. Media & Teknologi dalam Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group.

Sitepu. 2014. Pengembangan Sumber Belajar. Rajawali Press: Jakarta

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Edi. 2012. Pengertian dan Riwayat Perkembangan Pusat Sumber Belajar. http://ediconnect.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-riwayat-perkembangan.html.

 

Kamboja, Amir. 2010. Konsep Pusat Sumber Belajar. http://amierkamboja88.wordpress.com/2010/04/28/konsep-pusat-sumber-belajar-psb/.

 

Mamocil. 2013. Perkembangan Konsep Pusat Sumber Belajar http://mamocil.blogspot.com/2013/04/perkembangan-konsep-pusat-sumber-belajar.html.

 

Multazam, Ahmad. 2013. Perkembangan Dan Pengembangan Pusat Sumber Belajar (http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/05/perkembangan-dan-pengembangan-pusat_13.html).

 

Umiilika. 2014. Pengembangan pusat sumber belajar sebagai sarana peningkatan kualitas pembelajaran. (http://umiilika.wordpress.com/2014/02/18/pengembangan-pusat-sumber-belajar-sebagai-sarana-peningkatan-kualitas-pembelajaran/).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SD NEGERI 43 SANGKIR